kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45903,33   4,58   0.51%
  • EMAS1.313.000 -0,38%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Ada capital onflow di tengah perang dagang AS dan China yang mereda, rupiah tertekan


Jumat, 08 Maret 2019 / 18:50 WIB
Ada capital onflow di tengah perang dagang AS dan China yang mereda, rupiah tertekan


Reporter: Danielisa Putriadita | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Perkembangan negosiasi Amerika Serikat dengan China yang semakin mengarah ke hasil yang positif, membuat capital outflow di pasar dalam negeri dan berpindah ke pasar regional dan global. Hal tersebut membuat rupiah dalam sepekan cenderung melemah.

Mengutip Bloomberg, Jumat (8/3) rupiah melemah 1,21% ke Rp 14.314 per dollar AS. Dalam sepekan rupiah tercatat melemah 1,37%.

Sementara, pada kurs tengah Bank Indonesia (BI) hari ini rupiah juga tercatat melemah 0,66% ke Rp 14.223 per dollar AS. Dalam sepekan rupiah tercatat melemah 0,79%.

Reny Eka Putri, Ekonom Bank Mandiri mengatakan meski data cadangan devisa Indonesia periode Februari 2019 naik US$ 3,17 miliar menjadi US$ 123,3 miliar, pelemahan rupiah masih terjadi karena positifnya perkembangan negosiasi AS dan China membuat capital outflow terjadi di pasar saham maupun obligasi.

Reny mengamati hari ini terjadi outflow pasar saham yang lari ke pasar regional dan global. Selain itu, outflow juga terjadi di pasar obligasi yang tercermin dari yield seri acuan 10 tahun naik ke 7,9% dari 7,8%.

"Dana asing yang keluar dipicu oleh sentimen global, yaitu kemungkinan perang dagang AS dan China tidak akan menimbulkan polemik yang berkepanjangan dengan adanya kesepakatan tarif yang tidak merugikan kedua negara, ini jadi positif buat dollar AS," kata Renny, Jumat (8/3).

Selain perkembangan perang dagang AS dan China yang menggerakkan nilai tukar rupiah di pekan ini, Reny mengatakan keputusan bank sentral Eropa untuk tidak menaikkan suku bunga acuannya juga menekan rupiah terhadap dollar AS.

Sebelumnya, European Central Bank (ECB) diperkirakan akan menaikkan suku bunga pada Juli mendatang, tetapi kabar terbaru ECB justru cenderung dovish. Di lain sisi, AS belum ada pernyataan pasti mengenai status tingkat suku bunga acuannya.

"Mata uang euro berbanding lurus dengan rupiah, jika euro melemah dan dollar AS menguat, maka rupiah ikut melemah," kata Reny.

Untuk sepekan ke depan, Reny memproyeksikan rupiah masih berpotensi melemah karena membaiknya kondisi global terkait perang dagang AS dan China. Namun, pelemahan yang terjadi Renny prediksikan akan terbatas karena tertahan cadangan devisa dalam negeri yang positif.

Renny memproyeksikan rupiah sepekan depan berada di rentang Rp 14.100 per dollar AS hingga Rp 14.285 per dollar AS.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×