Reporter: Hikma Dirgantara | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pergerakan harga batubara perlahan mulai kendor. Sempat menyentuh angka US$ 76,90 per ton di awal pekan lalu, secara gradual harga batubara terus terkoreksi.
Mengutip Bloomberg, harga batubara untuk kontrak pengiriman Februari 2020 di ICE New Coal pada Selasa (21/1), berada di level US$ 71,40 per ton. Tak hanya terkoreksi dari segi harga, volume perdagangan batubara juga melemah.
Baca Juga: Proyeksi analis: Harga batubara bullish dan bakal stabil sampai 2024
Direktur TRFX Garuda Berjangka Ibrahim menilai turunnya harga dan volume perdagangan batubara disebabkan krisis kebakaran lahan di Australia yang sudah berakhir. Kebakaran yang terjadi di Australia juga turut melahap wilayah tambang batubara yang memiliki kandungan kalori di atas 5.000.
“Selama kebakaran terjadi, otomatis produksi batubara Australia mengalami penurunan sehingga harga batubara sempat terkerek naik akibat timbulnya keresahan pasar. Namun begitu kebakaran berhenti, perlahan harga kembali turun,” Ujar Ibrahim kepada Kontan.co.id, Selasa (21/1).
Lebih lanjut Ibrahim menjelaskan, spekulan saat ini beralih ke komoditas lain, seperti paladium dan platinum. Penurunan harga batubara juga tak terlepas dari aksi profit taking yang dilakukan pelaku pasar. Sementara volume perdagangan menurun imbas dari tak adanya lagi sentimen fundamental yang menyelimuti batubara.
Kendati tengah berada dalam tren melemah, Ibrahim menilai batubara masih mungkin mengalami pergerakan harga yang dinamis sepanjang tahun ini. Salah satu faktor yang berpengaruh adalah selesainya perang dagang antara China dan Amerika Serikat (AS).
“Dengan berakhirnya perang dagang, China akan kembali melakukan impor batubara. Tapi kemungkinan kenaikannya tidak signifikan, sebab China perlu waktu cukup lama untuk memulihkan kondisi ekonominya,” terang Ibrahim.
Baca Juga: Ini faktor pendorong harga batubara bullish dan proyeksinya
Dengan proses pemulihan ekonomi yang memakan waktu lama, maka kenaikan harga batubara juga ditengarai akan perlu waktu lama untuk menyentuh level di tahun 2018 dan 2019 silam.
Ibrahim memproyeksikan untuk jangka menengah enam bulan ke depan, batubara akan berada di kisaran US$ 70 per ton-US$ 80 per ton. Sementara untuk jangka panjangnya di kisaran US$ 65 per ton-US$ 85 per ton.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News