Reporter: Amailia Putri Hasniawati | Editor: Hendra Gunawan
JAKARTA. PT ABM Investama Tbk (ABMM) meneken kontrak senilai US$ 58,8 juta dengan Grup Baramulti, PT Mitrabara Adiperdana Tbk (MBAP). Adapun, kontrak ini ABMM melibatkan anak usahanya, PT Cipta Kridatama (CK).
Berdasarkan kontrak, CK akan menggarap pekerjaan jasa pertambangan seperti pemindahan lahan penutup (overburden removal), coal hauling dan penyewaan alat berat di lokasi tambang MBAP di Malinau, Kalimantan Utara. Kontrak tersebut memiliki tenor tiga tahun.
Yovie Priadi, Direktur ABM Investama mengatakan, kontrak baru di sektor jasa pertambangan ini akan memberikan kontribusi positif terhadap kinerja ABM secara grup.
Irfan Setiaputra, Direktur Utama Cipta Kridatama menambahkan, dalam kontrak ini, ia menargetkan mampu mengupas lapisan pucuk dan penutup tanah sebanyak 30 juta bank cupic meters (bcm). Sedangkan, produksi batubara diharapkan minimal bisa 2 juta ton per tahun.
"Pencapaian ini merupakan bagian dari upaya CK untuk mempertahankan kinerja perusahaan agar tetap positif," ujarnya dalam pernyataan resmi.
ABMM memang berupaya keras untuk bertahan di tengah kondisi pasar batubara yang masih melempem saat ini. Pada 22 April 2015 lalu, perseroan melalui anak usahanya, PT Reswara Minergi Hartama (Reswara) resmi mengoperasikan tambang batubara terintegrasi di Meulaboh, Nangroe Aceh Darussalam.
Proyek ini ditaksir memiliki nilai investasi mencapai lebih dari US$ 202 juta. Pada proyek ini, Reswara juga menggarap infrastruktur pendukung seperti, coal crushing plant, hauling road, overland conveyor, baseline conveyor, pelabuhan, dan jetty.
Rencananya, selain ke pasar domestik, perseroan akan menjual batubara di Aceh ini ke pasar global.
Informasi saja, demi mengokohkan kinerja, selain sektor batubara, ABMM melalui CK juga membidik bisnis jasa non batubara. Hal ini dinilai bisa memperluas peluang dan mengoptimalkan aset dan kompetensi sebagai perusahaan di bisnis jasa tersebut.
"Strategi CK masuk ke bisnis non batubara merupakan insiatif yang positif di tengah tekanan industri batubara," jelas Yovie.
Beberapa waktu lalu, CK telah meneken kontrak senilai US$ 178 juta untuk menggarap proyek tambang mineral biji besi dengan PT Adidaya Tangguh. Selain mengerjakan jasa pertambangan, CK juga menyewa alat berat pada proyek yang akan berlaku hingga 2023 mendatang itu.
Pada tiga bulan pertama 2015, ABMM mencatatkan rugi bersih senilai US$ 1 juta. Sebagai perbandingan, pada periode yang sama tahun sebelumnya, perseroan mampu mengantongi laba bersih sebesar US$ 5,88 juta.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News