kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45906,29   2,96   0.33%
  • EMAS1.310.000 -0,23%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

AALI defisit lahan dan tanaman usia muda


Selasa, 10 Januari 2012 / 07:41 WIB
AALI defisit lahan dan tanaman usia muda
ILUSTRASI. Kapal induk AS USS Theodore Roosevelt (CVN-71) memasuki pelabuhan Da Nang, Vietnam, 5 Maret 2020. REUTERS/Kham


Reporter: Raka Mahesa W | Editor: Edy Can

JAKARTA. Lahan PT Astra Agro Lestari Tbk (AALI) harus berpacu dengan waktu mencari lahan baru. Saat ini, seluruh kebun milik AALI telah ditanami. Perinciannya, dari total lahan seluas 264.893 hektare (ha), tinggal lahan seluas 43.000 ha yang belum panen.

Emiten itu sudah mengincar tiga lokasi sebagai kebun barunya. Lahan yang diidamkan AALI itu berada di Kalimantan Selatan, Kalimantan Barat dan Sulawesi Selatan. Namun pengelola AALI belum mengumumkan luas lahan yang baru, karena masih dalam tahap sosialisasi ke masyarakat dan pemerintah setempat.

Joseph Pangaribuan, Analis Samuel Sekuritas Indonesia, menilai, AALI bakal kesulitan menambah luas lahan sawit. "AALI harus bersaing dengan produsen crude palm oil (CPO) yang lain untuk mendapatkan lahan," kata Joseph, Senin (9/1). Karena pengadaan lahan baru yang masih belum jelas, pertumbuhan penjualan AALI tahun ini akan bergantung pada pembelian tandan buah segar (TBS) dari pihak ketiga.

Selain defisit lahan baru, AALI juga menghadapi persoalan tanaman yang sudah tua. Sekitar 52% dari seluruh tanaman sawit AALI sudah berusia di atas 15 tahun.

Semakin tua usia tanaman, semakin rendah pula produksinya. Kini, rata-rata produksi CPO AALI hanya 3,7 ton per ha. Angka itu jauh di bawah rata-rata produksi emiten sawit yang lain, 4,5 ton per ha.

Situasi semacam itu mempertegas ketergantungan AALI terhadap TBS dari perkebunan lain. Sebesar 14,6% produksi CPO AALI akan menggunakan TBS dari perkebunan lain. Angka tersebut naik tipis dari porsi tahun lalu yang sebesar 14,4%.

Sisi baik pembelian TBS dari pihak ketiga, AALI bisa mengerek penjualan. Menurut hitungan Joseph, penjualan AALI sepanjang 2012 mencapai Rp 11,03 triliun. Target itu lebih tinggi 3,47% daripada proyeksi di tahun 2011, Rp 10,66 triliun.

Hitungan Ivan Hadinata, Analis Batavia Prosperindo Sekuritas, lebih tinggi lagi. Proyeksi penjualan AALI selama 2012 versi Ivan adalah
Rp 11,63 triliun.

Biaya produksi naik

Kendati nilai penjualan meningkat, AALI menghadapi ancaman penurunan margin di tahun ini. Joseph mengalkulasi, margin AALI selama 2012 sekitar 38%, lebih rendah daripada margin selama 2011, yang sekitar 39%.

Penyebabnya, apalagi kalau bukan kenaikan biaya pokok produksi alias cost of good sold (COGS) AALI. Joseph memprediksi, COGS AALI selama 2012 Rp 6,75 triliun, naik sedikit dari tahun sebelumnya, yaitu Rp 6,51 triliun. Hitungan Joseph, laba bersih AALI selama tahun 2012 mencapai Rp 2,59 triliun, naik 0,77% year-on-year.

Seiring dengan penurunan margin, return of equity (ROE) AALI juga terancam turun. Jika itu terjadi, price to earning ratio (PER) AALI bakal naik.

Lianawati Budiono, Analis Indopremier, menghitung, PER AALI di akhir 2012 mencapai 15 kali. "Lebih tinggi daripada PER industri, yaitu 9,7 kali," ujar Lianawati.

Joseph, Ivan dan Lianawati sama merekomendasikan hold untuk AALI. Target harga masing-masing Rp 24.000 per saham, Rp 23.300 per saham dan Rp 17.000 per saham.

Harga AALI, Senin (9/1), ditutup melemah 0,23% menjadi Rp 22.700 per saham.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×