Sumber: Cointelegraph | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - Total suplai Bitcoin (BTC) yang beredar resmi menembus 95% dari batas maksimal 21 juta koin.
Dengan sekitar 19,95 juta BTC yang sudah beredar, tersisa hanya sekitar 2,05 juta BTC yang akan ditambang hingga tahun 2140.
Tonggak sejarah ini sudah diprediksi sejak Satoshi Nakamoto menambang blok genesis pada 3 Januari 2009.
Namun, apa arti pencapaian ini bagi masa depan Bitcoin?
Baca Juga: Trader Kripto Mulai Hindari Altcoin dan Mata Uang Kripto Berisiko Tinggi
Inflasi Tahunan Bitcoin Kini Hanya 0,8%
Ekonom global Kraken, Thomas Perfumo, mengatakan kepada Cointelegraph bahwa pencapaian ini penting karena tingkat inflasi Bitcoin kini turun menjadi sekitar 0,8% per tahun.
“Bitcoin memadukan fungsi settlement global yang permissionless dengan jaminan keaslian dan kelangkaan sebagaimana karya seni seperti Mona Lisa,” jelasnya dilansir dari laman Cointelegraph pada Senin (17/11/2025).
Menurut Perfumo, kelangkaan inilah yang menopang kepercayaan investor akan Bitcoin sebagai penyimpan nilai jangka panjang.
Meski begitu, para analis menekankan bahwa pencapaian 95% suplai tidak otomatis memicu lonjakan harga.
Baca Juga: Ada Peluang Santa Claus Rally, Analis: IHSG Bisa Lanjut Menguat hingga Akhir Tahun
Tonggak Kelangkaan Tak Langsung Dongkrak Harga
Analis Nansen, Jake Kennis, menilai bahwa pencapaian suplai ini lebih bersifat naratif ketimbang katalis harga jangka pendek.
“Masih ada 5% suplai yang tersisa, tetapi untuk mencapai 100% butuh lebih dari 100 tahun karena mekanisme halving,” ujarnya.
Ia menambahkan bahwa institusi dan investor jangka panjang kini mengunci pasokan dalam jumlah besar, memperkuat citra Bitcoin sebagai emas digital.
Kennis menyebut “cerita besar” sebenarnya adalah bagaimana jadwal suplai Bitcoin terus berjalan sesuai desain: tetap terbatas dan dapat diprediksi, berbeda dengan mata uang fiat yang bisa dicetak tanpa batas.
Baca Juga: Adam Back: Bitcoin Aman dari Ancaman Komputer Kuantum hingga 40 Tahun ke Depan
Tanda Maturitas Bitcoin
Marcin Kazmierczak, Co-Founder RedStone, mengatakan bahwa milestone 95% lebih menunjukkan kedewasaan Bitcoin.
“Ini bukan titik balik harga, karena suplai Bitcoin sudah lama bisa diprediksi pasar,” katanya.
Menurutnya, yang lebih menentukan adalah kondisi makro, adopsi institusi, dan kepastian regulasi.
Kazmierczak menyebut bahwa Bitcoin kini bertransisi dari aset fase pertumbuhan menuju aset dengan kelangkaan tetap karakteristik yang penting bagi masuknya institusi besar. 
Baca Juga: Menilik Untung Rugi Kenaikan Minimum Free Float di Pasar Saham
Tekanan bagi Penambang Meningkat
Sementara itu, analis memperingatkan bahwa berkurangnya suplai baru akan meningkatkan tekanan bagi penambang, terutama setelah halving 2024 yang memotong hadiah blok menjadi 3,125 BTC.
“Penambang kini makin bergantung pada biaya transaksi. Milestone 95% menegaskan perubahan struktural ini dan bisa menyingkirkan penambang yang kurang efisien,” kata Kennis.
Kazmierczak setuju bahwa penambang akan memasuki era baru: dari mengandalkan block reward menuju dominasi pendapatan biaya transaksi.
Selanjutnya: Trader Kripto Mulai Hindari Altcoin dan Mata Uang Kripto Berisiko Tinggi
Menarik Dibaca: Panorama Jalur Jakarta-Bandung jadi Daya Tarik, Pelanggan KA Parahyangan Naik 41,75%
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News













