kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

50 emiten dinilai memiliki masalah fundamental


Rabu, 02 Juli 2014 / 15:27 WIB
50 emiten dinilai memiliki masalah fundamental
ILUSTRASI. Seorang pria melintasi layar elektronik pergerakan saham di Bursa Efek Indonesia, Jakarta. ANTARA FOTO/Akbar Nugroho Gumay


Reporter: Amailia Putri Hasniawati | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

JAKARTA. Otoritas Bursa Efek Indonesia (BEI) mencatat sedikitnya ada sekitar 50 emiten yang dinilai memiliki masalah fundamental. Perusahaan-perusahaan itu adalah perusahaan yang terus menerus mengalami kerugian.

Bahkan, akibat kerugian yang berkepanjangan, tidak sedikit emiten yang mencatatkan ekuitas negatif alias defisiensi modal. Hosen, Direktur Penilaian Perusahaan mengatakan, pihaknya telah menyisir beberapa perusahaan yang berdasarkan laporan keuangan akhir tahun 2013.

"Lebih dari 35 perusahaan, ya sekitar 50 emiten yang punya masalah fundamental," ujar Hoesen beberapa waktu lalu.

Biasanya, perusahaan-perusahaan yang memiliki fundamental tidak bagus tercermin dari harga saham. Saham sejumlah emiten tersebut nyender di level Rp 50 per saham. Sayang, Hoesen tidak mengingat satu persatu emiten yang dimaksud.

Lebih lanjut, Hoesen bilang, BEI sudah menyurati emiten-emiten tersebut. "Ada yang disurati, ada juga yang ketemu," imbuhnya.

Hal itu dilakukan guna menanyakan rencana perusahaan terkait rencana usaha untuk memperbaiki kinerja. Salah satu emiten yang memiliki ekuitas negatif akibat menggunungnya kerugian adalah PT Bakrie Telecom Tbk (BTEL).

Emiten halo-halo milik Grup Bakrie ini mencatatkan rugi bersih hingga Rp 2,64 triliun per akhir 2013. Sedangkan, modalnya tercatat minus Rp 1 triliun. PT Siwani Makmur Tbk (SIMA) juga merupakan salah satu emiten yang mengalami kerugian berkepanjangan.

Hingga penghujung 2013, perusahaan yang dinahkodai Edward Seky Soeryadjaya ini merugiĀ  Rp 6,84 miliar. BEI dan manajemen SIMA sudah mengadakan pertemuan guna membahas kelanjutan usaha perseroan.

Utusan BEI pun sudah melakukan pengecekan ke pabrik SIMA untuk memastikan kegiatan operasional emiten yang bergerak di bidang industri kemasan fleksibel ini benar-benar jalan. Asal tahu saja, saham SIMA telah disuspen sejak 20 Januari 2011 lantaran keberlanjutan usaha yang diragukan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×