Sumber: The Motley Fool | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
Anda mungkin juga pernah mendengar tentang Ethereum (ETH). Saat ini, nilai kapitalisasi Ethereum bernilai sekitar US$ 400 miliar, menjadikannya cryptocurrency paling berharga kedua.
Ethereum berbeda dari Bitcoin karena merupakan blockchain yang dapat diprogram. Ini berarti bahwa pengembang dapat menggunakannya untuk membuat dan mendukung kontrak pintar, atau program komputer yang dijalankan sendiri.
Seperti Bitcoin, Ethereum terdesentralisasi. Tetapi tidak seperti Bitcoin, ia menyediakan lebih banyak fungsionalitas.
Mark Cuban, miliarder investor Shark Tank dan pemilik NBA Dallas Mavericks, adalah salah satu orang yang paling percaya pada Ethereum terutama karena kegunaannya.
Baca Juga: 5 Kripto Paling Menonjol di 2021 yang Bisa Dilirik Tahun Ini
Aplikasi terdesentralisasi (dApps), termasuk produk keuangan terdesentralisasi dan token non-fungible (NFT), sebagian besar dibangun di jaringan Ethereum. Proyek yang lebih baru pasti akan condong ke Ethereum.
Selain pertumbuhan dApps, yang berpotensi mengganggu industri seperti layanan keuangan dan media sosial, ada dua alasan penting untuk meyakini bahwa kinerja Ethereum yang fantastis, naik lebih dari 35.000% selama lima tahun terakhir, masih jauh dari selesai.
Pertama, Ethereum memiliki jaringan pengembang terbesar dari semua cryptocurrency.
Kedua, sementara protokol konsensus proof-of-work Ethereum membatasi skalabilitas jaringan, pembaruan yang disebut ETH2 diharapkan akan diimplementasikan pada tahun ini.
Baca Juga: Mengintip Empat Potensi Manfaat Pengembangan Teknologi Blockchain di Indonesia
Jika dijalankan dengan benar, ini bisa menjadi katalis utama, secara drastis mengurangi penggunaan energi Ethereum sambil meningkatkan kecepatan penanganan transaksi, memberikannya keunggulan pada Bitcoin.