kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45915,19   -8,30   -0.90%
  • EMAS1.319.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

2021 jadi tahun aset berisiko, IHSG diproyeksikan menuju 6.900


Kamis, 18 Maret 2021 / 18:39 WIB
2021 jadi tahun aset berisiko, IHSG diproyeksikan menuju 6.900
ILUSTRASI. Pekerja melintas di dekat layar digital pergerakan saham di Gedung BEI, Jakarta. ANTARA FOTO/Akbar Nugroho Gumay/wsj.


Reporter: Hikma Dirgantara | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Tahun ini tak hanya menjadi tahun pemulihan ekonomi, namun juga akan jadi tahunnya untuk berinvestasi. Berbagai katalis positif yang ada akan berpotensi membuat pasar keuangan kembali bergeliat dan memberikan imbal hasil yang tetap menarik.

Director of Business Development PT Buka Investasi Bersama (BIB) Angganata Sebastian menuturkan, outlook investasi pada tahun ini akan jauh lebih baik. Pemicu pertama, datang dari stimulus fiskal maupun moneter yang masih akan terus digelontorkan untuk mempercepat pemulihan ekonomi. 

Ditambah lagi dengan proses vaksinasi yang semakin besar dan cepat akan mengoptimalkan pemulihan kegiatan ekonomi global. 

“Dengan potensi dan outlook yang lebih baik, ini membuat 2021 jadi tahun yang lebih baik untuk berinvestasi. Dengan outlook yang positif, jika sebelumnya investor cari kelas aset yang aman, kini akan bergeser dan mulai beralih ke aset yang lebih berisiko. Sehingga tahun ini pun jadi tahunnya aset berisiko,” kata Angganata dalam Bincang Investasi Virtual bersama BIB, Kamis (18/3).

Baca Juga: IHSG berpeluang lanjutkan penguatan pada Jumat (19/3)

Kondisi-kondisi tersebut dinilai akan memberi keuntungan bagi Indonesia. Pasalnya, inflow dari negara-negara maju akan kembali mengalir masuk ke emerging market seperti Indonesia. Apalagi, dengan pembentukan Sovereign Wealth Fund dan implementasi omnibus law, Angganata meyakini investor asing akan lebih cepat masuk ke pasar modal Indonesia.

Selain itu, Agganata juga melihat kenaikan harga komoditas yang terjadi sejak awal tahun masih berpotensi terus berlanjut ke depan. Praktis, Indonesia sebagai negara yang berorientasi ekspor komoditas akan diuntungkan dengan terus membaiknya permintaan komoditas. Belum lagi, wacana produksi mobil listrik akan semakin menambah permintaan terhadap komoditas logam industri.

“Terakhir, kebangkitan investor ritel yang mendominasi pasar modal juga akan menjadi katalis positif tambahan. Pada akhir 2020, jumlah investor pasar modal sudah mencapai 3,88 juta, padahal pada akhir 2019 jumlahnya masih 2,48 juta. Tren pertumbuhan ini pun masih akan berlanjut,” tambah Angganata.

Dengan berbagai optimisme tersebut, Angganata memproyeksika IHSG pada akhir tahun masih akan berpotensi bergerak ke level 6.800 - 6.900.

Selanjutnya: IHSG menguat 1,12% ke 6.347 pada Kamis (18/3), BMRI, BBNI, BBRI banyak dibeli asing

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×