kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45919,51   10,20   1.12%
  • EMAS1.350.000 0,52%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

10 emiten konstruksi bukukan laba Rp 431,9 M


Senin, 02 Mei 2016 / 21:17 WIB
10 emiten konstruksi bukukan laba Rp 431,9 M


Reporter: Dina Mirayanti Hutauruk | Editor: Yudho Winarto

JAKARTA. Secara umum kinerja sektor konstruksi baik emiten BUMN maupun swasta cukup positif sepanjang kuartal I 2016. Pertumbuhan tersebut didukung oleh adanya peningkatan pendapatan yang berhasil dibukukan masing-masing emiten.

Sepuluh emiten yang telah merilis laporan keuangan membukukan total laba bersih Rp 431,9 miliar atau tumbuh 50% dibanding periode yang sama tahun lalu.

Empat emiten konstruksi BUMN mencatatkan total laba bersih paling besar yakni mencapai Rp 307,7 miliar sepanjang tiga bulan pertama tahun ini. Perolehan laba bersih tersebut tumbuh 74% dari kuartal I 2015 yang hanya mencapai Rp 176,95 miliar.

Kinerja PT Waskita Karya Tbk (WSKT) tercatat paling fantastis. Laba bersihnya melonjak 10 kali lipat lebih menjadi Rp 127,3 miliar atau tumbuh sekitar 1026% secara year on year (yoy). Ini seiring dengan naiknya pendapatan usaha perseroan 36% yoy jadi Rp 3,32 triliun.

Di sisi lain, pendapatan bunga dan pendapatan lain-lainnya tumbuh masing-masing naik 137% jadi Rp 37,6 miliar dan 756% jadi Rp 13,7 miliar.

Lalu, PT Wijaya Karya Tbk (WIKA) mencetak pertumbuhan laba bersih 16,5% yoy menjadi Rp 71,6 miliar, sejalan dengan kenaikan pendapatan usahanya 36% yoy menjadi Rp 2,72 triliun.

Namun, kenaikan laba bersih tersebut sedikit tertahan karena laba dari ventura bersama turun 39,7% jadi Rp 29,8 miliar, pendapatan bunga turun 28,2% jadi Rp 16,5 miliar, pendapatan lain-lain turun dari Rp 11,7 miliar jadi Rp 2,8 miliar dan terdapat juga rugi selisih kurs sebesar Rp 2,4 miliar, padahal periode yang sama tahun sebelumnya masih mencatat untung kurs Rp 9,2 miliar.

Lalu, pendapatan PT PP Tbk (PTPP) tumbuh 30,3% yoy jadi Rp 2,58 triliun. Namun, laba bersihnya hanya bisa naik 5% yoy menjadi Rp 98,17 miliar karena di saat yang sama beban perseroan juga mengalami kenaikan. Beban pokok penjualannya naik 30% yoy, beban usaha tumbuh 18%, sementara beban bunga yang harus ditanggung naik 75% jadi Rp 35 miliar.

Sedangkan laba bersih PT Adhi Karya Tbk (ADHI) hanya tumbuh 0,5% yoy jadi Rp Rp 10,68 miliar karena pendapatannya hanya tumbuh tipis yakni 6,4% yoy jadi Rp 1,32 triliun.

Meskipun perseroan berhasil mencetak pendapatan bunga dari Rp 5,8 miliar jadi Rp 48,8 miliar, namun laba bersihnya tidak mampu tumbuh tinggi karena di saat yang sama perseroan juga menanggung rugi kurs Rp 13,1 miliar, padahal periode yang sama tahun lalu masih mencatatkan laba selisih kurs Rp 15,2 miliar.Lalu beban keuangannya juga meningkat 23% yoy jadi Rp 40,6 miliar.

Sedangkan emiten swasta masih mencatatkan kinerja yang beragam, namun secara umum masih mengalami pertumbuhan. Total laba bersih enam emiten tercatat sebesar Rp 124,23 miliar, naik11,7% dari total laba bersih kuartal I 2015 yang tercatat sebesar Rp 111,17 miliar. Empat emiten mengalami pertumbuhan kinerja yang cukup signifikan, sementara dua lagi tertekan karena turunnya pendapatan dan meningkatnya beban yang harus ditanggung.

PT Total Bangun Persada Tbk (TOTL) mencatat pertumbuhan laba bersih 18,08% yoy menjadi Rp61,91 miliar. Pencapaian ini didukung dengan kenaikan pendapatan 20,13% yoy menjadi Rp636,70 miliar. Begitu juga PT Acset Indonusa Tbk (ACST) berhasil mencetak pertumbuhan laba bersih 58% yoy menjadi Rp 19,23 miliar seiring dengan kenaikan pendapatan 46% yoy menjadi Rp 457,6 miliar.

PT Indonesia Pondasi Raya Tbk (IDPR) dan PT Jaya Konstruksi Manggala Pratama Tbk (JKON) masing-masing mencatat pertumbuhan laba bersih 46,5% yoy jadi Rp 37,8 miliar dan 50% menjadi Rp 1,8 miliar seiring dengan kenaikan pendapatan masing-masing 6,8% dan 8,2%. Selain itu, IDPR ditopang oleh kenaikan pendapatan keuangan 327% menjadi Rp 3,9 miliar dan JKON ditopang penurunan beban keuangan 42,5% jadi Rp 10,8 miliar.

Sedangkan kinerja PT Nusa Konstruksi Enjiniring Tbk (DGIK), PT Mitra Pemuda Tbk (MTRA) masing-masing mencatat penurunan laba bersih 90,4% jadi Rp 1 miliar, 82,3% menjadi Rp 1,5 miliar. Penurunan kinerja ini seiring dengan turunnya pendapatan keduanya.

Hans Kwee, Direktur Investa Saran Mandiri menilai prospek sektor konstruksi baik emiten pelat merah maupun swasta akan lebih positif di kuartal selanjutnya. Pasalnya, masih banyak proyek -proyek pemerintah bisa diandalkan sebagai sumber pendapatan emiten-emiten di sektor ini.

Bahkan emiten yang pertumbuhan kinerja di kuartal I maupun yang mengalami perlambatan menurut Hans akan menuai pertumbuhan yang lebih baik di kuartal -kuartal selanjutnya. Selain diuntungkan dari proyek-proyek pemerintah yang serapannya mengalami kemajuan dibanding tahun sebelumnya, emiten kontruksi juga akan diuntungkan dengan stabilnya nilai tukar.

Menurut Hans, nilai tukar akan semakin stabil sehingga biaya yang dikeluarkan emiten untuk kebutuhan bahan material yang sebagian masih bersumber dari impor akan semakin terjaga. "Di sisi lain, inflasi juga semakin terjaga dan suku bunga semakin turun. Ini akan membuat cost of fund emiten di sektor ini semakin murah," jelasnya pada KONTAN, Senin (2/5).

Tantangan selanjutnya untuk sektor ini adalah bagaimana penerimaan pajak. Hans bilang, jika target pajak tidak dapat tercapai maka belanja pemerintah di infrastruktur akan tersendat. Oleh karenanya, pasar saat ini menunggu APBNP 2016 terutama terkait tax amnesty. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×