Sumber: KONTAN | Editor: Test Test
JAKARTA. Ternyata tak semua pihak menyambut musim liburan akhir tahun dengan gembira. Contohnya adalah PT Sinar Mitra Sepadan Finance (SMS Finance). Perusahaan pembiayaan ini tidak bisa menjual obligasi sesuai target semula dengan alasan banyaknya hari libur di akhir tahun ini.
Ya, hingga kemarin (21/9), SMS hanya bisa menjual obligasi senilai Rp 150 miliar. Padahal, perusahaan ini menargetkan penerbitan obligasi senilai Rp 200 miliar. Artinya, ada Rp 50 miliar, atau 25% yang belum terserap pasar.
Ujungnya, masa penawaran obligasi yang mestinya telah berakhir kemarin, bakal diperpanjang hingga empat hari ke depan. "Target kami, paling tidak penjualan bisa mencapai 100%," kata Direktur AAA Securities Andri Rukminto, selaku penjamin emisi (underwriter) obligasi SMS kepada KONTAN, kemarin.
Dia menjelaskan, sebenarnya banyak calon investor yang berminat dengan obligasi SMS Finance. Sayang, mereka menunda rencana pembelian karena masa kerja yang terpotong oleh hari libur.
Meski begitu, Andri optimistis, penjualan obligasi SMS bakal sesuai target semula. "Hasil akhirnya akan ketahuan minggu depan," imbuhnya.
Handy Yuniarto, Analis Obligasi Mandiri Sekuritas, berpendapat, ada dua faktor yang mengakibatkan SMS belum mampu menjual obligasi sesuai target. Pertama, SMS Finance tidak memiliki cost of fund yang besar. Dus, mereka hanya mengambil penawaran dengan permintaan imbal hasil (yield) rendah.
"Seharusnya obligasi SMS bisa terserap semua karena nilainya hanya Rp 200 miliar. Meski belum lama ini, banyak emiten besar yang baru menerbitkan obligasi," katanya.
Kedua, yield dan jangka waktu (tenor) obligasi SMS Finance terlalu singkat.
Sekedar mengingatkan, SMS Finance menerbitkan obligasi dalam tiga seri. Pertama, Seri A bertenor satu tahun dengan yield 11,12% - 12,1%. Kedua, Seri B dengan jangka waktu dua tahun dan memiliki yield 12,5% - 13,5%. Ketiga, seri C berdurasi tiga tahun dan memberikan yield 12,75% - 13,75%. "Sebenarnya jika dilihat dari yield, obligasi SMS Finance cukup menarik," kata Handy.
Sukartono, Head of Debt Capital Market BNI Securities mengatakan, tidak lakunya obligasi SMS Finance bisa disebabkan oleh rendahnya peringkat (rating) yang dimiliki, yaitu BBB+. Pasalnya, investor institusi seperti dana pensiun, dan asuransi memiliki kebijakan investasi hanya membeli obligasi dengan rating tidak kurang dari A.
Kemungkinan lainnya, SMS Finance sengaja tak mengambil seluruh permintaan yang masuk.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News