kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45898,78   -24,72   -2.68%
  • EMAS1.319.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Pasar Keuangan meradang, investor kakap tetap senang


Jumat, 27 April 2018 / 21:50 WIB
Pasar Keuangan meradang, investor kakap tetap senang
ILUSTRASI. Bursa Efek Indonesia


Reporter: Intan Nirmala Sari | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pergerakan pasar keuangan yang tidak menentu dalam sepekan terakhir, membuat investor khawatir akan prospek investasi ke depan. Namun, berbeda halnya dengan investor raksasa dan berpengalaman yang memiliki strategi khusus dalam menyikapi kondisi saat ini.

Sebut saja investor pasar modal Irwan Ariston Napitupulu yang menjadikan pelemahan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sebagai momentum untuk menambah keuntungan. Ia mengaku punya strategi khusus ketika kondisi keuangan justru tengah terpuruk, dengan masif melakukan pembelian saham.

"Sebagai investor, momen sekarang bisa dimanfaatkan untuk belanja saham. Tapi kalau trader baiknya tunggu dulu, karena belum ada sinyal buy," ungkapnya saat dihubungi Kontan.co.id, Jumat (27/4).

Menurut Irwan, langkah pertama yang bisa dilakukan investor adalah dengan membeli saham yang sudah terdiskon lumayan banyak. Misalkan, harga teoritis saham Rp 10.000 karena kondisi pasar turun menjadi Rp 7.000. Dengan begitu ada 30% harga saham yang terdiskon dan sebaiknya investor melakukan aksi beli di harga Rp 7.000.

"Ada potensi more profit di sana. Apalagi dengan kondisi sekarang yang agak serem dan ngeri, sekarang kalau ada yang lumayan (terdiskon) bisa dibeli," ungkap Irwan.

Langkah kedua, investor bisa masuk secara bertahap, artinya ketika memiliki modal Rp 100 juta untuk belanja saham, maka jangan dibelanjakan sekaligus.

"Contohnya BNI, dia kan saham BUMN yang biasanya cenderung konservatif, bluechip dan banking, sehingga dia pertahanan ekonomi. Kalau ekonomi dan semua rontok, banking akan jadi sektor terakhir yang terdampak," papar Irwan.

Diumpamakan, ketika harga teoritis saham BBNI Rp 11.000, kemudian turun ke Rp 8.000, yang harus dilakukan investor adalah menginvestasikan sepertiga dari modal investasinya. Begitu harga saham melanjutkan penurunan, investor bisa kembali masuk dan begitu seterusnya, hingga harga berada di level Rp 6500-Rp 6.000 per saham.

"Itu sudah murah sekali, dengan rata-rata harga saham sekitar Rp 7.500, ketika harga naik Rp 11.000 ada potensi keuntungan hingga 55% ke depannya," jelasnya.

Beberapa saham yang menurut Irwan buncit saat ini adalah BNI, BRI, Waskita, Adi Karya dan saham-saham BUMN yang lumayan terdiskon. Atau, investor dapat melihat price earning ratio (PER) saham yang berada di kisaran 10x.

"Sekarang kan ada rasa ketakutan, kalau PER normal sekitar 15x, sekarang bisa beli di PER 10x, dengan begitu ada potensi untuk 5%," katanya.

Berdasarkan pengalaman yang sudah-sudah, kata Irwan, selama kondisi makro bagus, sektor riil tidak terlalu buruk dan masih bertumbuh, maka penurunan pasar keuangan harus dimanfaatkan untuk membeli saham.

Di sisi lain, dalam kacamata investor, Irwan menilai belum ada tempat penyimpanan dana saat ini yang semenarik pasar saham, baik itu pasar obligasi ataupun deposito. "Kalau obligasi, dengan yield 7% kita baru bisa peroleh keuntungan segitu dalam waktu setahun. Sementara, saham keuntungannya bisa sampai 20% setahun. Meskipun sekarnag terjadi penurunan temporer, tapi Indonesia belum akan buntung ataupun bubar, jadi sekarang cooling down saja dan itu normal," tegasnya.

Hal serupa juga disampaikan investor kawakan Surahman Durahman alias Eyang Ratman. Menurutnya, keadaan saat ini merupakan kesempatan bagi investor untuk membeli saham dengan harga yang tidak mahal.

"Meskipun, saat ini belum dapat dikatakan (harga saham) murah," ungkapnya kepada Kontan.co.id di Jakarta, Jumat (27/4).

Sedangkan Direktur Utama PT Buyung Poetra Sembada Tbk (HOKI) Sukarto Bujung, yang juga pemain besar di pasar keuangan mengaku tidak memiliki strategi khusus di saat kondisi pasar keuangan tengah bergejolak. Ia lebih memilih untuk bersikap wait and see, sembari menunggu kesempatan.

"Kalau saya long term punya, jadi enggak peduli (gejolak pasar jangka pendek). Selama masih wajar, murah, saya masuk sedikit-sedikit," jelas Sukarto.

Sukarto menjelaskan tidak ada hal khusus yang ia perhatikan dalam melakukan wait and see, ketika dirinya melihat peluang, maka ia akan masuk. Juragan beras ini juga mengaku tetap melakukan aksi beli beberapa waktu terakhir, meskipun kondisi pasar keuangan tengah meradang. "Iya (beli saham), tapi dikit-dikit," tandasnya.

Sementara itu, mantan Direktur PT Henan Putihrai yang kini beralih sebagai profesional trader Hendra Martono, memilih untuk berada pada posisi kas. Sembari melirik saham-saham mana yang masih berpotensi menguat.

"Yang masih saya pegang adalah INKP dan TKIM," tutur Hendra yang kini menjabat sebagai Chief Executive Officer ARA Hunter dari TradingKilat.com.

Ia mengatakan, kondisi terbaik bagi seorang trader saat ini adalah dalam kondisi cash. Namun, ketika beberapa saham dinilai mampu menguat, maka ia sangat menyarankan untuk melakukan aksi buy untuk jangka pendek.

"Kalau saya tetap dalam kondisi kas, karena nanti jika IHSG sudah mulai rebound, saya akan masuk kembali," tandasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×