kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45898,78   -24,72   -2.68%
  • EMAS1.319.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Capai puncak di 2019, DMS Propertindo: Peluang ekspansi sektor properti masih besar


Selasa, 09 Juli 2019 / 14:06 WIB
Capai puncak di 2019, DMS Propertindo: Peluang ekspansi sektor properti masih besar


Reporter: Benedicta Prima | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT DMS Propertindo Tbk (KOTA) melantai di Bursa Efek Indonesia, Selasa (9/7) dengan melepas 933 juta saham senilai Rp 200 per saham. Dari initial public offering (IPO) tersebut, KOTA mendapatkan dana segar senilai Rp 186,6 miliar. DMS Propertindo melihat, peluang bisnis di sektor properti masih cukup terbuka meski tahun ini adalah puncak perkembangan sektor properti.

"Sesuai rencana, DMS akan menggunakan dana hasil IPO Rp 100 miliar untuk membeli lahan di Jawa Barat," jelas Direktur Utama PT DMS Propertindo Tbk Mohamad Prapanca, Selasa (9/7).

Sisanya, dana akan digunakan untuk modal kerja entitas anaknya PT Padjajaran Raya dalam bentuk penyertaan modal.

Saat ini DMS Propertindo memiliki persediaan tanah yang sedang dan akan dikembangkan. Bersamaan dengan aksi korporasi tersebut, KOTA akan membangun rumah tapak di atas tanah seluas 1,8 ha di Serpong, Tangerang Selatan. 

Proyek tersebut akan digarap melalui anak perusahaannya yaitu DMS Graha. Serta tanah seluas 1,4 ha di Serpong yang akan digarap menjadi apartemen oleh anak perusahaannya yaitu DMS Laguna. 

KOTA juga akan mengembangkan tanah miliknya seluas 49,2 ha di Samarinda menjadi rumah tapak dan area komersial yang akan digarap oleh anak perusahaannya yaitu DMSPS.

Dalam upaya ekspansi tersebut, salah satu risiko utama yang akan dihadapi dan pengaruhnya signifikan terhadap perusahaan adalah risiko melemahnya permintaan properti. 

Sebab para calon konsumen yang membeli rumah untuk ditempati sendiri dapat sewaktu-waktu menunda keputusan pembelian, sementara itu calon pembeli rumah untuk tujuan investasi akan mengalihkan ke sektor lain apabila prospeknya lebih menguntungkan. 

Di sisi lain, Indonesia juga masih dibayangi situasi global yang fluktuatif. Salah satunya adalah aksi The Fed yang pada tahun lalu menaikkan suku bunga sehingga banyak aliran modal keluar dan menyebabkan rupiah melemah. 

Dampaknya harga barang impor jadi tinggi dan melemahkan perekonomian domestik. Investasi juga masih dalam kondisi melambat terutama karena penawaran return yang lebih baik dari luar negeri. 

Hal ini berakibat pada melambatnya penyerapan tenaga kerja dan menurunkan daya beli masyarakat di masyarakat ekonomi menengah dan bawah. Kondisi pelemahan tersebut dapat berpengaruh negatif pada sektor konstruksi. 

Meski demikian, KOTA melihat  pertumbuhan penduduk Indonesia sebesar 1,12% per tahun menjadikan peluang yang potensial bagi pengusaha di sektor properti. 

"Hal ini disebabkan semakin meningkatnya jumlah penduduk, maka akan semakin besar pula kebutuhan akan hunian," jelas dia. 

Di sisi lain, meskipun masih lambat, foreign direct investment (FDI) kembali menunjukkan tren peningkatan sehingga mendorong pertumbuhan industri dan gedung perkantoran. 

Ada juga program sejuta rumah murah yang dicanangkan pemerintah sehingga memberikan kesempatan para pengembang untuk memperoleh lahan baru dan kemudahan dalam menjalankan dan mengembangkan bisnisnya. 

Selain itu, KOTA melihat siklus pasar properti mulai bergerak naik mulai tahun 2016 dan akan berada pada kondisi puncak alias property bloom pada tahun 2019. Sehingga potensi permintaan pasar properti pada beberapa tahun ke depan diprediksi mengalami peningkatan. 

"Kebijakan pemerintah untuk fokus pada pembangunan infrastruktur terkait perumahan memberikan dampak positif bagi prospek usaha perusahaan," imbuh dia. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×