kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.249.000 2,21%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Yield SUN cenderung naik, investor domestik bisa nikmati return lebih tinggi


Selasa, 24 April 2018 / 21:19 WIB
Yield SUN cenderung naik, investor domestik bisa nikmati return lebih tinggi
ILUSTRASI. Pasar modal


Reporter: Danielisa Putriadita | Editor: Sofyan Hidayat

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Yield obligasi Indonesia cenderung bergerak naik semenjak yield US treasury juga bergerak naik. Investor domestik bisa manfaatkan peluang ini untuk dapatkan retrun tinggi.

Yield US treasury kembali bergerak naik ke level tinggi di 2,96% per Selasa (24/4).Sementara, pergerakan yield obligasi pemerintah tenor 10 tahun cenderung bergerak naik hingga sore ini menyentuh level 6,92% atau tertinggi sejak November 2017.

I Made Adi Saputra Analis Fixed Income MNC Sekuritas mengatakan salah satu penyebab US treasury bergerak naik adalah kenaikan harga minyak. Mengutip Bloomberg, harga minyak WTI kontrak Juni 2018 per Selasa (24/4) tercatat capai level tertingginya sejak Februari 2015 dan menyentuh US$ 68,92 per barel.

Made mengatakan kenaikan harga minyak bisa memicu inflasi di AS meningkat dan berpotensi membuat suku bunga The Fed naik jadi lebih agresif serta memicu yield US treasury naik. Yield obligasi pemerintah pun ikut naik.

Made melihat naiknya yield obligasi pemerintah bisa menarik investor domestik untuk menikmati yield yang lebih tinggi dibanding instrumen investasi di perbankan. Lihat saja, BI kemungkinan masih akan mempertahankan suku bunga acuan di 4,25%.

"Ini bisa jadi peluang investor domestik untuk mempertebal real return mereka," kata Made. Jika yield tinggi seperti saat ini di level 6,9%, dengan inflasi secara year to date sebesar 3,4% maka investor bisa menikmati return 3,5%. Sangat berbeda return yang diterima bila yield berada di level 6,5% seperti pernah terjadi beberapa bulan lalu.

Made memproyeksikan sentimen eksternal masih akan berpotensi buat yield obligasi domestik bergerak naik dan mencapai posisi keseimbangan baru. Menurut Made, tidak jadi masalah selama yield obligasi Indonesia bisa mengikuti kenaikan yield US treasury. Meski asing keluar, bila yield Indonesia bisa ikut naik, maka asing akan masuk kembali.

Analis Indonesia Bond Pricing Agency (IBPA) Nicodimus Anggi Kristiantoro menambahkan untuk jangka pendek, prospek pasar obligasi Indonesia masih akan dibayangi isu global seperti ancaman perang dagang dan ekspektasi kenaikan Fed Fund Rate (FFR) yang lebih agresif jika laju kenaikan inflasi AS lebih cepat dari perkiraan. Nico menaruh perhatian pada kebijakan moneter berbagai bank sentral seperti BoE yang juga perlu diwaspadai.

Sementara, untuk jangka panjang Nico memproyeksikan pasar obligasi Indonesia berpotensi catatkan pertumbuhan positif dan mampu mencatat rekor baru penerbitan obliagsi korporasi.Ditengah bayang-bayang sentimen global, sentimen positif yang bisa mendorong kinerja pasar obligasi pemerintah adalah fundamental ekonomi.

"Terlebih lagi, dua kegiatan penting seperti Asean Games dan pilkada serentak dapat menjadi momentum untuk pertumbuhan ekonomi domestik," kata Nico, Selasa (24/4).

Sementara, Made memproyeksikan dengan asumsi rupiah bisa kembali ke Rp 13.700 per dollar AS maka yield obligasi pemerintah tenor 10 tahun bisa bertengger di 6,8% di semester I 2018. Namun, bila rupiah berada di Rp 14.000 per dollar AS maka yield obligasi domestik bisa naik mencapai 7,1% di periode yang sama. Made masih menunggu momentum pergerakan harga minyak untuk memperhitungkan proyeksi yield obligasi pemerintah di akhir tahun.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×