Reporter: Dimas Andi | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Volatilitas pasar obligasi Indonesia diperkirakan kembali meningkat dalam beberapa waktu ke depan seiring meningkatnya ekspektasi kenaikan suku bunga acuan Amerika Serikat. Fundamental ekonomi yang solid kembali menjadi senjata agar pasar obligasi domestik tidak terkoreksi terlalu dalam.
Analis Obligasi BNI Sekuritas, Ariawan berpendapat, para pelaku pasar kembali khawatir terhadap potensi kenaikan suku bunga acuan AS lebih dari dua kali lagi pada tahun ini. Hal tersebut menimbulkan ketidakpastian di pasar obligasi domestik sehingga memicu koreksi Indonesia Composite Bond Index (ICBI).
Ariawan menilai, ekspektasi kenaikan suku bunga acuan AS akan kembali menjadi sentimen utama di tengah menurunnya ketegangan akibat perang dagang dan konflik geopolitik di Suriah.
Untungnya, Indonesia memperoleh kenaikan peringkat utang dari Moody’s Investors Service pada Jumat (13/4) lalu. Disamping itu, neraca perdagangan Indonesia kembali mengalami surplus ketika dirilis awal pekan lalu. “Secara fundamental, perekonomian Indonesia masih cukup baik,” kata Ariawan, Jumat (20/4).
Analis Fixed Income MNC Sekuritas, I Made Adi Saputra berpendapat, pada dasarnya kenaikan peringkat utang dan membaiknya posisi neraca dagang bukan jaminan bagi pasar obligasi Indonesia untuk terlepas dari ancaman koreksi. “Ketika imbal hasil US Treasury naik, mau tidak mau obligasi Indonesia juga ikut naik sehingga indeks bisa terkoreksi,” ungkapnya.
Namun, lanjut dia, setidaknya kehadiran sentimen positif dari dalam negeri tersebut membuat spread imbal hasil SUN dengan imbal hasil US Treasury tidak terlalu melebar.
Menurut Made, rencana penerbitan obligasi global berdenominasi Euro dan Yen oleh pemerintah pada kuartal II tahun ini juga dapat menjadi katalis positif bagi pasar obligasi Indonesia. Sebab, penerbitan tersebut dapat memicu kembali minat asing untuk berinvestasi pada surat utang Indonesia.
Sementara itu, kendati masih harus menghadapi sentimen negatif eksternal, Ariawan bilang, target pemerintah untuk menerbitkan Surat Berharga Negara (SBN) terutama melalui lelang tidak terlalu besar pada kuartal II tahun ini.
Seperti diketahui, target penerbitan SBN melalui lelang pada kuartal II hanya Rp 151,27 triliun atau lebih rendah dari target di kuartal I sebesar Rp 210,97 triliun. “Tekanan supply penerbitan obligasi oleh pemerintah berkurang di tengah demand yang berpotensi tersendat karena gejolak pasar,” terang Ariawan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News