Reporter: Dina Mirayanti Hutauruk | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
JAKARTA. PT Wijaya Karya Beton Tbk (WTON) akhirnya bisa terjun berinvestasi di proyek-proyek infrastruktur. Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) Rabu (20/7), menyetujui perubahan Anggaran Dasar yang memungkinkan emiten pracetak ini melakukan investasi.
Entus Asnawi Mukhson, Direktur Keuangan WTON, mengatakan, perubahan anggaran dasar tersebut untuk mengantisipasi perkembangan yang terjadi ke depan. "Selama ini kami tidak bisa investasi, karena tidak ada landasannya, tapi sekarang sudah bisa," kata dia.
Entus mengatakan, WTON tidak bisa hanya mengandalkan penjual beton pracetak untuk mendorong pertumbuhan bisnis. Oleh karena itu, pihaknya perlu melakukan investasi agar menghasilkan pendapatan berulang. WTON akan mengincar investasi di proyek infrastruktur. Tapi, yang akan dibidik adalah proyek yang banyak menggunakan produk pracetak agar bersinergi dengan bisnis inti.
Sebelumnya WTON mengincar investasi di proyek light rapid transit (LRT) Jakarta. Entus bilang, dengan adanya perubahan anggaran dasar pihaknya akan kembali membidik investasi di proyek LRT. "Kebutuhan dana LRT DKI itu sangat besar. Kami bisa bidik investasi di sana, apalagi induk ikut juga garap proyek tersebut," kata Entus.
Perseroan juga akan membidik investasi di proyek jalan tol yang membutuhkan banyak beton pracetak. Namun, WTON belum akan banyak membidik investasi proyek karena masih akan fokus pada rencana pembangunan satu pabrik baru di Subang, Jawa Barat berkapasitas 300.000 ton per tahun dengan investasi Rp 250 miliar.
Pabrik kesepuluh ini akan dibangun di atas lahan 30 hektare (ha) dan ditargetkan beroperasi pertengahan Oktober-November 2016. Entus bilang, pendanaan terkait rencana ekspansi ke depan bisa dicari dari berbagai alternatif seperti obligasi atau penjualan saham simpanan yang setara 4,3% dari total modal ditempatkan dan disetor penuh.
Entus bilang, saham simpanan akan dilepas jika ada investasi yang memberikan tambahan pada pertumbuhan perusahaan. "Harus ada dulu tujuannya baru kami lepas," katanya.
Wilfred Singkali, Direktur Utama WTON, menambahkan, keputusan penjualan saham tresuri ini akan tergantung hasil kajian apakah lebih menguntungkan daripada pendanaan lain.
Sementara, anak usaha PT Wijaya Karya Tbk (WIKA) ini masih bisa mengandalkan sisa dana IPO dan kas internal untuk mendanai belanja modal atau capital expenditure (capex) yang dipatok Rp 425 miliar tahun ini.
WTON menyerap capex sekitar 50% sepanjang semester pertama. WTON optimistis, tahun ini bisa mencatat kinerja yang lebih baik. Pada semester I, WTON mengantongi kontrak baru Rp 1,93 triliun atau 44,9% dari target 2016 yakni Rp 4,3 triliun.
"Kami optimistis bisa mencapai target karena masih banyak proyek yang tengah dibidik. Perolehan ini masih wajar karena semester I biasanya realisasi target 35%-40%," kata Ferry Hendryanto, Direktur Operasional WTON.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News