kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45919,20   -16,32   -1.74%
  • EMAS1.345.000 0,75%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Usai IPO, Borneo Olah Sarana langsung tancap gas


Sabtu, 07 April 2018 / 14:50 WIB
Usai IPO, Borneo Olah Sarana langsung tancap gas


Reporter: Grace Olivia | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Usai sukses menggelar initial public offering (IPO), PT Borneo Olah Sarana Sukses Tbk memandang optimistis prospek bisnisnya ke depan. Kini, emiten pertambangan batubara ini berencana fokus pada pengembangan infrastruktur, sarana dan prasarana usaha, terutama untuk anak-anak usahanya.

Saat ini, BOSS memiliki empat anak usaha, yaitu PT Bangun Olahsarana Sukses (BOS), PT Pratama Bersama (PB), PT Energy Amzal Bersama dan PT Pratama Buana Sentosa. Direktur Keuangan BOSS Widodo Nurly Sumady, menyatakan, konsentrasi eksplorasi sepanjang tahun ini akan dilakukan melalui PB dan BOS.

Sekadar informasi, BOSS merupakan perusahaan yang memproduksi batubara thermal dengan kandungan belerang dan kandungan abu sangat rendah. BOSS memproduksi batubara dengan nilai kalori tinggi rata-rata sebesar 6.400 kcal/kg dengan kandungan belerang 0,3% dan kandungan abu 3%. Batubara jenis ini pada umumnya digunakan untuk pembangkit listrik tenaga batubara.

Sebagian besar produk batubara BOSS dijual ke luar negeri dengan harga di atas patokan global. Widodo merinci, perseroan ini menjajakan sebagian besar batubara hasil produksi ke pasar Asia, seperti Jepang. "Ekspor batubara BOSS terbesar ke Jepang, mengingat pembeli di negara ini mampu membayar harga batubara di atas harga patokan global," ujar Widodo pada Kontan.co.id, Selasa (3/4).

Widodo tak menyebut seberapa tinggi harga jual batubara nya tersebut selama ini. Yang pasti, penjualan ke Jepang setara 90% penjualan ekspor.

BOSS juga melego batubara ke Korea Selatan dan Filipina. Sebelumnya, BOSS pernah menjual batubara ke Taiwan, India, hingga Amerika Serikat.

Integrasi konsesi

Tahun ini, BOSS mematok anggaran belanja modal sebesar Rp 70 miliar. Selain untuk pembangunan infrastruktur, sarana dan prasarana, emiten ini juga akan menambah satu unit jetty untuk kapal tongkang di Sungai Mahakam, dengan kapasitas 1.000 metrik ton per jam. Hingga sekarang, BOSS sudah memiliki dua buah jetty, yaitu automatic barge loading conveyor dengan kapasitas hingga 500 metrik ton per jam dan manual barge loading dengan kapasitas 120 metrik ton per jam.

Widodo menyebut, perusahaan ini akan fokus melakukan eksplorasi di area konsesi BOS dan PB, yang luasnya mencapai 5.335 hektare (ha). Adapun, dana yang disiapkan untuk mengembangkan kedua kawasan konsesi ini mencapai US$ 4 juta. "Kami akan bangun jalan yang mengintegrasikan BOS dan PB, karena lokasi keduanya bersebelahan. Targetnya, PB dapat beroperasi mulai September tahun ini," ujar Widodo.

Di samping itu, BOSS juga menargetkan dapat meningkatkan produksi menjadi 800.000 ton sepanjang tahun ini. Widodo cukup yakin target ini bisa tercapai, lantaran konsesi yang dieksplorasi masih sekitar 1.100 ha.

Asal tahu saja, total konsesi tambang BOSS luasnya mencapai 16.000 ha. Artinya, wilayah tereksplorasi bahkan belum mencapai 10% dari total luas konsesi tambang.

Tambah lagi, tahun ini BOS telah menandatangani kontrak penjualan yang cukup besar. Jumlah kontrak penjualan tersebut bahkan telah memenuhi separuh dari target produksi BOSS tahun ini.

Pertama, kontrak dengan Glencore International sebesar 250.000 ton, plus opsi penambahan sebesar 20%. Kedua, kontrak penjualan dengan PT Indo Tambangraya Megah Tbk (ITMG) sebesar 150.000 ton dengan opsi penambahan 50.000 ton.

BOSS masih mengincar kontrak penjualan sebesar US$ 60 juta tahun ini. Target ini di luar dari kontrak yang sudah dilakukan dengan Glencore International dan ITMG sebagai pembeli utama. "Kami sedang menjajaki kontrak penjualan dengan beberapa pembeli lain," beber Widodo.

Di tengah isu pengurangan batubara di sejumlah negara Asia, BOSS tidak begitu khawatir. Sebab, Widodo mengklaim batubara yang diproduksi emiten ini tergolong berkualitas tinggi, sehingga jauh lebih ramah lingkungan.

BOSS juga punya keuntungan lain. "Lokasi konsesi tambang yang saling berdekatan juga membuat kami bisa meningkatkan efisiensi biaya produksi," imbuh Widodo. Ia juga melihat tren meningkatnya pembangunan pembangkit listrik yang menggunakan bahan bakar batubara dengan kualitas tinggi semakin meningkat. BOSS optimitis permintaan terhadap produknya tetap terjaga.

Per September 2017 lalu, BOSS mencatatakan aset sebesar Rp 320,3 miliar. Sementara, penjualan bersih naik 49,7% menjadi Rp 120,62 miliar. BOSS juga berhasil mencetak laba komprehensif sebesar Rp 20,78 miliar, setelah mengalami rugi Rp 14,11 miliar di periode yang sama di tahun sebelumnya. nTotal luas konsesi BOSS 16.000 ha, wilayan tereksplorasi baru 10%.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×