kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45936,04   7,69   0.83%
  • EMAS1.335.000 1,06%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Terpapar corona, laba bersih United Tractors (UNTR) turun 28% di semester I-2020


Kamis, 30 Juli 2020 / 15:45 WIB
Terpapar corona, laba bersih United Tractors (UNTR) turun 28% di semester I-2020
ILUSTRASI. Pekerja menggunakan alat berat United Tractors


Reporter: Herlina KD | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kinerja PT United Tractors (UNTR) mengalami penurunan sepanjang semester I-2020. Sepanjang semester I-2020, UNTR membukukan pendapatan bersih Rp 33,19 miliar, turun 23% dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2019. Sementara itu, laba bersih UNTR tercatat Rp 4,1 triliun, turun 28% dari periode yang sama tahun lalu yang mencapai Rp 5,7 triliun.

Penurunan pendapatan UNTR seiring dengan penurunan kinerja operasional sejumlah lini bisnis UNTR. volume penjualan alat berat Komatsu tercatat sebanyak 853 unit atau turun 56% jika dibandingkan dengan periode Juni 2019 sebanyak 1.917 unit.

Baca Juga: Kinerja Operasional United Tractors (UNTR) Tertekan, Simak Rekomendasi Analis

Mengutip laporan perkembangan usaha UNTR, Kamis (30/7), turunnya penjualan alat berat Komatsu seiring dengan turunnya harga komoditas dan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) sehingga berdampak pada penurunan aktivitas di semua sektor pengguna alat berat yang berdampak pada berkurangnya permintaan alat berat.

Pendapatan UNTR dari penjualan suku cadang dan jasa pemeliharaan alat berat turun sebesar 25% menjadi Rp3,3 triliun. Penjualan produk merek lainnya yaitu UD Trucks turun dari 302 unit menjadi 94 unit serta penjualan produk Scania turun dari 291 unit menjadi 100 unit. Secara keseluruhan, pendapatan bisnis mesin konstruksi turun 40% menjadi Rp7,3 triliun.

Sementara itu, lini bisnis kontraktor penambangan yang dijalankan oleh PT Pamapersada Nusantara (Pama) membukukan pendapatan bersih sebesar Rp15,1 triliun atau turun sebesar 22% dibandingkan periode yang sama tahun 2019. PAMA juga mencatat penurunan volume produksi batubara sebesar 8% dari 60,8 juta ton menjadi 55,9 juta ton. Penurunan juga terjadi pada volume pekerjaan pemindahan tanah (overburden removal) yang turun sebesar 10% menjadi 420,3 juta bank bcm.

UNTR juga mencatatkan penurunan volume penjualan emas dari tambang emas Martabe sebesar 4% menjadi 185,6 ribu ons. Namun, seiring meningkatnya rata-rata harga jual terealisasi untuk komoditas emas membuat pendapatan bersih unit usaha pertambangan emas meningkat sebesar 11% mencapai Rp 4,0 triliun.

Kenaikan kinerja operasional terjadi di bisnis pertambangan batu bara yang dijalankan oleh PT Tuah Turangga Agung (TTA). Total penjualan batubara sampai semester pertama tahun 2020 mencapai 5,6 juta ton termasuk 869 ribu ton batu bara kokas, atau naik sebesar 14% dari periode yang sama tahun 2019.

Meski demikian, pendapatan unit usaha ini juga turun 11% menjadi Rp 6,1 triliun yang dikarenakan adanya penurunan rata-rata harga jual batubara.

Sementara itu, unit usaha konstruksi yang dijalankan oleh PT Acset Indonusa Tbk (ACST) membukukan kerugian senilai  Rp 252 miliar. Namun, kerugian ini turun dibandingkan rugi bersih pada periode yang sama tahun lalu sebesar Rp 404 miliar.

ACST membukukan pendapatan bersih sebesar Rp 746 miliar atau turun 52% secara tahunan. Pandemi Covid-19 telah berdampak pada penundaan pekerjaan proyek yang sedang berlangsung maupun pembukuan kontrak baru sehingga berdampak terhadap kinerja ACST.

Baca Juga: United Tractors (UNTR): Kami memonitor dinamika pasar

Dus, pada semester I-2020 UNTR mengempit laba bersih yang diatribusikan kepada pemilik entitas induk  senilai Rp 4,1 triliun, turun 28% dari laba bersih periode yang sama tahun lalu yang mencapai Rp 5,7 triliun.

Sekretaris Perusahaan United Tractors Sara K. Loebis mengatakan, kinerja UNTR secara keseluruhan memang terdampak harga batubara yang melemah dan meluasnya pandemi Covid-19.

“Kami upayakan mempertahankan produktivitas, namun tentu pada akhirnya tergantung kemampuan pasar,” ujar Sara kepada Kontan.co.id, Kamis (30/7).

Untuk itu, saat ini UNTR memilih untuk memonitor dinamika pasar. Karena, cukup sulit untuk membuat indikator target yang pasti dalam kondisi saat ini. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×