kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45933,76   6,12   0.66%
  • EMAS1.320.000 -0,38%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Tak lagi menyandang saham syariah, saham-saham ini tetap menarik


Jumat, 27 November 2020 / 07:30 WIB
Tak lagi menyandang saham syariah, saham-saham ini tetap menarik


Reporter: Dityasa H. Forddanta | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Otoritas Jasa Keuangan (OJK) merombak daftar efek syariah (DES) baru. Hasilnya, sejumlah saham yang juga terdaftar sebagai anggota indeks LQ45 seperti PT Astra International Tbk (ASII), PT Bumi Serpong Damai Tbk (BSDE), dan PT Jasa Marga Tbk (JSMR) didepak dari daftar tersebut.

Jika mengacu pada aturan OJK terkait saham syariah memang disebutkan, salah satu kriteria saham syariah adalah pendapatan bunga dan pendapatan tidak halal lainnya tidak boleh melebihi 10% dari pendapatan usaha. Selain itu, saham bisa didepak dari DES jika total utang berbasis bunga melebihi 45% dari total aset. Kondisi ini terjadi pada Jasa Marga (JSMR).

Berdasarkan laporan keuangan perusahaan, utang bank dan obligasi emiten pelat merah tersebut mencapai Rp56,18 triliun. Nilai ini sudah termasuk nilai utang yang akan jatuh tempo satu tahun ke depan.

Sementara, total aset JSMR sebesar Rp 103,37 triliun. Sehingga, utang JSMR sudah mencapai 54% dari total aset kuartal ketiga kemarin.

Baca Juga: Kembali tembus 5.700, IHSG diprediksi menguat pada Jumat (27/11)

Chris Apriliyoni, analis Jasa Utama Capital menilai, saham yang masuk dalam DES kebanyakan memiliki rasio utang yang rendah. "Tapi, utang saja tidak dapat mengatakan suatu emiten tidak memiliki prospek," ujar Chris, Kamis (26/11). Terlebih, saham seperti ASII, BSDE dan JSMR masih masuk sebagai anggota indeks LQ45.

Analis Sucor Sekuritas Joey Faustian menjelaskan, didepaknya saham dari DES tidak serta-merta menurunkan prospek saham tersebut. BSDE misalnya.

Interest bearing ratio atawa perbandingan antara penggunaan utang dan ekuitas perusahaan properti tersebut sudah mencapai 50%. Rasio ini memang tidak setinggi PT Alam Sutera Realty Tbk (ASRI) yang mencapai 107% meski masih kalah dengan PT Pakuwon Jati Tbk (PWON) yang hanya 27%.

Meski begitu, BSDE memiliki kas yang cukup besar. Kas setara kas BSDE per kuartal ketiga kemarin bahkan naik 58% secara tahunan menjadi Rp 10,89 triliun. "Jadi kalau net, masih sangat aman," ujar Joey, Kamis (26/11).

Baca Juga: Capital inflow diprediksi akan semakin deras di Desember 2020, ini pemicunya

Bisnis BSDE juga tidak bermasalah. Meski pandemi, BSDE tidak kesulitan melakukan penjualan. Ini berkat 82% properti yang BSDE jual memiliki harga di bawah Rp 2 miliar per unit.

"Sejak 2019, permintaan paling besar berada pada segmen harga tersebut. Banyak pengembang bermain di segmen ini, namun BSDE memiliki landbank yang mumpuni sehingga fleksibel untuk meluncurkan produk di bawah Rp 2 miliar," terang Joey

Keluarnya BSDE dari DES juga belum membuat Joey mengubah sikapnya untuk saham BSDE. Dia masih mempertahankan rekomendasi buy saham BSDE dengan target harga Rp 1.200 per saham.

Besarnya utang JSMR toh tak sampai mengganggu laba JSMR. Alih-alih tertekan, margin laba operasi JSMR justru naik menjadi 44,8% kuartal ketiga kemarin dari 21,4% pada kuartal sebelumnya. Itu menjadi salah satu alasan analis Ciptadana Sekuritas Fahressi Fahalmesta merekomendasikan buy saham JSMR dengan target harga Rp 5.850 per saham

Baca Juga: Dua bulan terakhir ini, net buy asing diprediksi bisa mencapai Rp 16,85 triliun

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Trik & Tips yang Aman Menggunakan Pihak Ketiga (Agency, Debt Collector & Advokat) dalam Penagihan Kredit / Piutang Macet Managing Customer Expectations and Dealing with Complaints

[X]
×