kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,31   -15,20   -1.62%
  • EMAS1.345.000 0,75%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Siap ekspansi, emiten obat mengerek capex


Senin, 30 November 2015 / 10:00 WIB
Siap ekspansi, emiten obat mengerek capex


Reporter: Annisa Aninditya Wibawa | Editor: Yudho Winarto

JAKARTA. Para emiten produsen obat optimistis menatap prospek bisnis tahun depan. Emiten yang termasuk sektor konsumer ini  menggenjot ekspansi dengan menganggarkan belanja modal atau capital expenditure (capex) yang lebih tinggi ketimbang tahun ini.

PT Indofarma Tbk (INAF) misalnya. Emiten obat pelat merah ini menambah capex 85,18%, dibandingkan capex 2015. Adapun anggaran capex INAF tahun ini sebesar Rp 135 miliar. "Capex tahun depan sekitar Rp 250 miliar," ujar Yasser Arafat, Sekretaris Perusahaan INAF, kepada KONTAN beberapa waktu lalu.

Rencananya, INAF akan membangun pabrik produk steril, ekstraksi obat herbal, pengembangan produk, dan renovasi laboratorium mikrobiologi tahun depan.

Dari sisi pendanaan, INAF  mengincar pinjaman perbankan. Pada kuartal III-2015, kas dan setara kas INAF Rp 14,79 miliar.

Saudara kandung INAF, PT Kimia Farma Tbk (KAEF) merencanakan belanja modal sebesar Rp 600 miliar tahun depan. Anggaran belanja tersebut lebih tinggi 71,42% daripada Rp 350 miliar pada tahun ini.

KAEF menganggarkan belanja modal itu untuk membiayai sejumlah ekspansi, seperti konstruksi dan pembelian mesin  pabrik di Banjaran, Bandung.

Untuk sumber pendanaan, KAEF akan memanfaatkan kas internal. KAEF juga mengkaji pendanaan eksternal seperti penerbitan surat utang jangka menengah alias medium term notes (MTN), pinjaman perbankan, maupun penawaran umum terbatas (PUT) dengan Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (HMETD) atau rights issue.

PT Kalbe Farma Tbk (KLBF)  juga tak ketinggalan mengerek belanja modal tahun depan. Produsen produk Extra Joss ini meningkatkan belanja modal sampai 20% dari Rp 1 triliun menjadi sekitar Rp 1 triliun hingga Rp 1,2 triliun. Sebagai sumber dananya, KLBF akan mengandalkan kas internal.

Kalbe akan menggunakan sekitar 50% belanja modal untuk pembangunan pabrik biosimilar di Cikarang, Bekasi. KLBF mengalokasikan 25% belanja untuk pengembangan kapasitas produksi obat bebas dan 25% sisanya untuk pengembangan jaringan distribusi.

Tak ada matinya

Analis Investa Saran Mandiri Kiswoyo Adi Joe melihat,  sektor farmasi tak ada matinya. Terlebih, farmasi merupakan bagian dari sektor konsumer yang dijagokan di tahun depan.

Lihat saja kinerja tiga emiten farmasi ini pada sembilan bulan pertama 2015. Memang, tak semua emiten mencetak pertumbuhan tinggi. Tapi, kinerja keuangan emiten farmasi tetap tumbuh dari sisi pendapatan dan laba bersih (lihat tabel).

Kiswoyo memperkirakan, kinerja emiten farmasi akan membaik selama nilai tukar rupiah stabil.

Dia memprediksi, pendapatan dan laba para emiten farmasi mampu tumbuh di atas 10% pada tahun depan.

Namun, kinerja keuangan yang membaik belakangan ini tidak serta merta mengerek harga saham emiten farmasi. Saat ini, harga saham ketiga emiten ini masih lebih rendah dibandingkan posisi akhir tahun lalu.

Harga saham INAF merosot 49,01% secara year to date. Sementara harga saham KAEF dan KLBF masing-masing turun 33,79% dan 25,68% pada periode yang sama.

Kiswoyo menyarankan beli KAEF dan KLBF, masing-masing dengan target harga Rp 1.000 dan Rp 1.500.     

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×