kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45898,75   -27,98   -3.02%
  • EMAS1.327.000 1,30%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

INAF akan naikkan harga jual 10%-15% di semester 2


Selasa, 04 Agustus 2015 / 08:56 WIB
INAF akan naikkan harga jual 10%-15% di semester 2


Reporter: Annisa Aninditya Wibawa | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

JAKARTA. Kinerja yang tak sesuai harapan mendorong PT Indofarma Tbk (INAF) mengkaji kenaikan harga jual. Emiten farmasi pelat merah ini berharap bisa mengerek harga jual rata-rata sekitar 10% sampai 15%.

Menurut Yasser Arafat, Sekretaris Perusahaan INAF, perusahaan ini sudah mengajukan usul kenaikan harga obat generik ke Kementerian Kesehatan. "Namun untuk menjamin kelangsungan obat, kenaikan ini harus hati-hati sekali," kata Yasser kepada KONTAN, kemarin.

Ia menyebutkan, kenaikan harga jual ini semestinya tidak berpengaruh signifikan terhadap obat generik yang relatif murah. Ia berharap, INAF dapat mengerek harga jualnya di semester kedua. Sepanjang semester pertama lalu Indofarma masih mencetak pertumbuhan.

INAF membukukan pendapatan Rp 462,78 miliar, tumbuh 19,36% dari Rp 387,69 miliar di periode yang sama tahun sebelumnya. Lalu kerugian berkurang 53,2% dari Rp 50,9 miliar ke posisi Rp 23,82 miliar. Sayang, pendapatan itu hanya memenuhi 77,12% target INAF. Pada semester I-2015, INAF menargetkan pendapatan Rp 600,01 miliar.

Kerugian tersebut melebihi estimasi awal. Tadinya INAF memproyeksikan kerugian cuma Rp 10 miliar pada semester satu. "Proyeksi kinerja tak sesuai target karena ada penundaan pendapatan tender pemerintah yang tak bisa dilakukan di semester satu," imbuh Yasser.

Penundaan pengadaan tender tersebut adalah penjualan produk ke rumah sakit dan instansi kesehatan pemerintah. Tapi menurutnya, penjualan dapat terealisasi di Juli atau Agustus. Selain penundaan tender, kinerja Indofarma terpengaruh pelemahan nilai tukar rupiah. Kerugian kurs mata uang asing INAF pada semester pertama mencapai Rp 1,74 miliar.

Angka ini menurun jika dibandingkan kerugian kurs pada semester pertama tahun lalu, sekitar Rp 1,75 miliar. INAF mengantisipasi fluktuasi kurs rupiah dengan pembelian bahan baku secara kontrak jangka panjang dalam denominasi rupiah. Yasser mengakui betapa sulitnya tantangan tahun ini. Namun INAF tetap optimis tis dengan hasil kinerja di akhir tahun nanti. INAF yakin bisa membukukan pendapatan Rp 1,7 triliun tahun ini.

Sampai semester pertama Yasser memperkirakan, serapan belanja modal INAF sebesar Rp 40,5 miliar. Penggunaan belanja modal ini baru 30% dari anggaran sepanjang tahun Rp 135 miliar. Penggunaan belanja modal ini antara lain untuk perbaikan alat penunjang pabrik dan pembangunan pabrik herbal. Adapun, pabrik herbal INAF diperkirakan mulai beroperasi pada kuartal keempat. Hingga akhir Juni, ekuitas INAF turun 4% menjadi Rp 568,16 miliar jika dibandingkan akhir Desember 2014. Penurunan ekuitas ini akibat adanya saldo sisa defisit laba tahun 2011.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Practical Business Acumen

[X]
×