kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.222.000 0,41%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Sektor tambang merajai indeks sektoral bursa saham


Rabu, 24 Januari 2018 / 08:00 WIB
Sektor tambang merajai indeks sektoral bursa saham


Reporter: Nisa Dwiresya Putri | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Beberapa sektor saham tampil mencuri perhatian pada awal tahun ini. Salah satunya adalah sektor pertambangan. Di kala Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) tumbuh 4,4%, indeks sektor tambang sudah melejit 21,1% sejak awal tahun.

Sektor saham yang pada tahun lalu banyak ditinggalkan, seperti sektor konstruksi, properti dan real estat, juga mulai unjuk gigi. Sepanjang tahun ini, indeks sektor tersebut tumbuh sejalan dengan IHSG sebesar 4,22%. Sektor konsumer juga masih naik 5,89% year to date (ytd). 

Bahkan, kenaikan indeks sektor tambang di bulan ini sudah melebihi performa pada 2017 lalu yang tumbuh 15,03%. Sementara itu, sektor konstruksi, properti dan real estat turun 4,53% pada 2017. 

Sebaliknya, saham sektor keuangan dan industri dasar yang pada 2017 lalu mencapai performa tertinggi, kini mulai tumbuh melambat. Sektor saham keuangan baru naik 1,95% sepanjang tahun ini. 

Sedangkan sektor industri dasar tumbuh 3,23% ytd. "Biasanya, sektor saham yang underperform pada tahun lalu cenderung untuk rebound di tahun berikutnya," ujar Hans Kwee, Direktur Investa Saran Mandiri, Selasa (23/1).

Analis Semesta Indovest Sekuritas Aditya Perdana Putra mengatakan, di awal tahun memang banyak sentimen positif yang mendorong pergerakan saham. Ia bilang, jika pertumbuhan earning per share (EPS) stabil, IHSG masih bisa menguat. "Beberapa sentimen, seperti dari regulasi pemerintah, juga akan mempengaruhi," tutur dia.

Hans mencatat, secara historis, sektor pertambangan biasanya menguat pada kuartal pertama. Hal ini dipicu oleh harga komoditas yang membaik. "Kenaikan harga komoditas sudah terjadi sejak tahun 2017, sehingga kinerja finansial korporasi juga akan bagus," tutur Hans.

Batubara menjadi salah satu komoditas yang harganya cukup terkerek. Analis Sinarmas Sekuritas Richard Suherman, dalam risetnya kemarin, juga mencatat, adanya permintaan yang tinggi untuk batubara. Ia memproyeksi, harga batubara akan naik 6% menjadi sebesar US$ 106,0 per ton.

Permintaan batubara dari China akan tetap kuat, mengingat cuaca musim dingin yang berada di luar ekspektasi. Sementara itu, peralihan sumber energi China dari batubara ke gas telah menyebabkan pasokan listrik tidak efisien.

Waspada koreksi

Meski demikian, Hans melihat penguatan sektor pertambangan tak akan berlangsung lama. Ia memperkirakan penguatan sektor  pertambangan hanya berlangsung hingga paruh pertama tahun ini. "Setelah itu, akan ada koreksi," prediksi dia.

Untuk sektor konstruksi dan properti, Hans dan Aditya sepakat, sektor ini akan digerakkan oleh saham konstruksi BUMN yang mulai bullish. Ada beberapa sentimen positif yang membuat investor melirik saham konstruksi. 

Di antaranya adalah sistem pembayaran yang semakin jelas dan peningkatan nilai kontrak. Sektor ini diprediksi melanjutkan penguatan hingga akhir tahun 2018.

Menurut Aditya, pergerakan IHSG pada tahun ini masih akan disetir oleh saham-saham berkapitalisasi pasar besar, terutama yang berada di sektor saham perbankan dan sektor konsumer.

Namun, Aditya tak menampik, pertumbuhan kedua sektor ini tak akan setinggi tahun lalu. Hans juga mencontohkan, saham sektor keuangan akan mulai naik terbatas. "Mungkin kenaikan terbatas, karena valuasi agak mahal," tambah Hans.

Di sektor konstruksi, properti, dan real estat, Hans merekomendasikan saham BSDE, PWON, WIKA, PTPP, dan WSKT. Sementara itu, di sektor pertambangan Aditya menjagokan saham emiten batubara seperti ADRO, PTBA, HRUM, ITMG.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×