kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45923,49   -7,86   -0.84%
  • EMAS1.319.000 -0,08%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Sehari harga batubara menukik 4,43%


Rabu, 04 Januari 2017 / 18:01 WIB
Sehari harga batubara menukik 4,43%


Reporter: Namira Daufina | Editor: Yudho Winarto

JAKARTA. Perhatian pelaku pasar yang tertuju pada rendahnya harga solar dan meningkatnya daya tarik gas alam yang lebih ramah lingkungan mencederai pergerakan harga batubara.

Mengutip Bloomberg, Selasa (3/1) harga batubara kontrak pengiriman Januari 2017 di ICE Futures Exchange menukik 4,43% ke level US$ 90,50 per metrik ton dibanding hari sebelumnya. Walau dalam sepekan terakhir harga batubara tercatat sudah naik 1,06%.

Deddy Yusuf Siregar, Research and Analyst PT Asia Tradepoint Futures menuturkan memang saat ini fundamental batubara tergerus oleh rendahnya harga substitusi energi lainnya seperti solar dan gas alam.

Untuk Solar sendiri sejak tahun 2009 silam harganya sudah tergerus 62% hingga akhir 2016 lalu. Menurut Bloomberg New Energy Finance, pada tahun 2025 mendatang harga solar akan jauh di bawah rata-rata harga jual batubara.

Rendahnya harga solar ini terjadi karena negara seperti Cili dan Uni Emirat Arab berbondong memproduksi dan menggunakan solar sebagai alternatif energinya. Menurut Adnan Amin, Director General International Renewable Energy Agency setiap produksi yang naik dua kali lipat setidaknya terjadi penurunan harga sebesar 20%.

Sejalan dengan dugaan Head of Solar Analysis New Energy Finance, pada tahun 2025 nanti harga solar hanya akan di sekitar 73 sen USD, atau jauh merosot dibanding harga saat ini yang mencapai US$ 1,14 per watt.

“Tidak hanya harga jual solar yang rendah, konsumen seperti China pun mulai beralih dan berkomitmen menggunakan gas alam sebagai pengganti batubara,” tutur Deddy.

Sebagai gambaran pada 2016 lalu, China memaksimalkan penggunaan gas alam untuk pembangkit listrik yakni sekitar 6,8%. Angka ini lebih tinggi dari tahun 2015 lalu yang hanya 5,9%. Ditambah lagi China juga berencana mengurangi penggunaan batubaranya hingga 60% tahun 2017.

Jelas fakta ini menyudutkan pergerakan harga batubara. “China pun juga kan berencana menggenjot produksinya maka kans harga batubara untuk naik lagi masih sempit jika dibayangi katalis negatif,” tutur Ibrahim.

National Development and Reform Commission China memperkirakan produksi batubara China akan naik menjadi 3,9 miliar ton hingga 2020 mendatang. Angka ini jauh di atas perkiraan Argonaut Securities (Asia) Ltd yang menduga produksi batubara China sepanjang 2017 hanya 3,3 miliar ton.

Menurut Deddy, kenaikan produksi ini sengaja dilakukan oleh China karena sejalan dengan ekspansi pembangkit listrik yang bisa menggenjot kebutuhan tenaga listrik di sana. Strategi yang dilakukan China adalah memangkas produksi lama yang sudah mau masa pakainya sebesar 800 juta ton dan menggantinya dengan produksi baru sebesar 500 juta ton hingga 2020 mendatang.

“Hanya saja itu tetap membuat produksi batubara berlebih karena negara seperti AS dan Eropa akan tetap mengurangi penggunaan batubara dalam rangka menyelamatkan lingkungan,” imbuh Deddy. Faktor ini yang dinilai bisa terus membayangi pergerakan harga.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×