kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45903,33   4,58   0.51%
  • EMAS1.313.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Mengukur panas saham batubara


Senin, 02 Januari 2017 / 08:35 WIB
Mengukur panas saham batubara


Reporter: Emir Yanwardhana | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

JAKARTA. Saham emiten pertambangan menjadi sektor yang paling atraktif mendorong laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sepanjang 2016. Di periode tersebut, indeks pertambangan di Bursa Efek Indonesia (BEI) melonjak 70,73%.

Pencapaian indeks pertambangan melampaui kinerja indeks konsumer yang tumbuh 12,56% year-on-year (yoy), indeks finansial dengan kenaikan 18,17% (yoy) serta indeks properti dan konstruksi yang hanya naik 5,48% (yoy).

Sepanjang tahun ini, saham sektor pertambangan batubara diprediksi masih prospektif. Per akhir Desember 2016, harga batubara Newcastle di bursa ICE mencapai US$ 91,75 per metrik ton. Harga ini sudah melompat 101,21% dibanding dengan akhir Desember 2015.

Kenaikan harga batubara turut mengerek kinerja saham dan keuangan emiten batubara. Analis Samuel Sekuritas Indonesia Sharlita Malik menyebutkan, secara global permintaan batubara akan meningkat seiring proyek pembangunan pembangkit listrik.

Tren peningkatan harga batubara mulai terasa pada semester kedua 2016 lalu. "Sehingga EBITDA perusahaan tambang bisa meningkat," tutur Sharlita, akhir pekan lalu.

Dia mencontohkan, emiten seperti PT Delta Dunia Makmur Tbk (DOID) bisa meraih laba bersih 2016 US$ 67 juta, didorong kenaikan harga jual batubara. Margin laba sebelum pajak emiten ini mencapai 6,35% di kuartal III-2016.

Kontribusi

Analis Minna Padi Investama Christian Saortua berpendapat, dalam jangka pendek perusahaan tambang yang memiliki infrastruktur kelistrikan belum bisa menikmati hasil dari pembangkit listrik. Hal ini lantaran proses konstruksi pembangkit listrik memakan waktu cukup lama, khususnya pembangkit berkapasitas besar.

Misal, ada 14 proyek PLTU yang diprediksi baru rampung di 2019. Proyek terbesar di antaranya PLTU Jawa I berkapasitas 1x1.000 MW, PLTU Jawa 5 Banten dengan kapasitas 2x1.000 MW, serta PLTU Jawa 7 Banten dengan kapasitas 2x1.000 MW. Tapi dalam jangka panjang, proyek-proyek infrastruktur kelistrikan berpotensi meningkatkan penjualan batubara untuk pasar domestik.

"Memang efek positif pada kinerja masih lama, sebab belum terlihat proyek listrik yang besar selesai pada tahun ini. Bahkan imbasnya bisa menekan arus kas perusahaan," ungkap Christian.

Pada tahun ini, Minna Padi memprediksi emiten produsen batubara bakal mencatatkan pertumbuhan kinerja keuangan, didorong peningkatan harga jual batubara. Dalam hal ini, Christian menyukai saham PT Bukit Asam Tbk (PTBA) yang kuat secara fundamental.

Melihat risiko volatilitas harga batubara, PTBA termasuk emiten yang kuat dalam menghadapi penurunan harga batubara di pasar global. Ini lantaran mayoritas penjualan PTBA, yakni sebesar 61% menyasar pasar domestik serta kontrak-kontrak jangka panjang ke PT PLN.

Christian merekomendasikan buy saham PTBA dengan target Rp 12.500 per saham. Analis BCA Sekuritas Aditya Eka Perkasa menghitung harga rata-rata batubara pada tahun ini mencapai US$ 75 per metrik ton, masih di atas rata-rata penjualan batubara tahun lalu US$ 65 per metrik ton.

Dengan demikian, maka pendapatan emiten batubara berpotensi tumbuh 23% hingga 40% pada tahun ini. "Laba bersih bisa tumbuh 55%–70%," prediksi Aditya.

Meski demikian, tidak menutup kemungkinan ada risiko penurunan kinerja emiten mengikuti arah harga batubara. Apalagi, India mulai membatasi impor batubara. Aditya menghitung, setiap penurunan 5% harga batubara, laba bersih emiten berpotensi merosot 13%–19%.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Practical Business Acumen

[X]
×