kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,31   -15,20   -1.62%
  • EMAS1.347.000 0,15%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Rekor dana asing di surat utang negara


Sabtu, 31 Januari 2015 / 15:13 WIB
Rekor dana asing di surat utang negara
ILUSTRASI. Ucapan Hari Pramuka 2023.


Reporter: Wahyu Satriani | Editor: Yudho Winarto

JAKARTA. Aset asing di portofolio Indonesia semakin gendut. Di surat utang negara (SUN), berdasarkan data Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang Kementerian Keuangan, pada 29 Januari 2015, porsi asing mencapai 40,18% .

Ini merupakan rekor tertinggi sepanjang sejarah. Secara nominal, kepemilikan asing mencapai Rp 499,98 triliun dari total surat berharga negara (SBN) yang diperdagangkan senilai Rp 1.224,45 triliun.

Nilai tersebut lebih besar dibandingkan akhir tahun lalu yang sebesar Rp 461,35 triliun atau 38,13% dari total SBN. Asing juga gencar masuk ke pasar saham domestik. Secara year to date (ytd) per 30 Januari 2015, net buy asing tercatat Rp 212,19 triliun.

Analis Fixed Income PT Samuel Sekuritas Indonesia Maximilianus Nico Demus mengatakan, masuknya asing dipicu oleh kebijakan Bank Sentral Eropa (ECB) yang menggelontorkan quantitative easing pada 22 Januari 2015 lalu. Indonesia dianggap sebagai negara seksi, tapi kesadaran masyarakat berinvestasi di pasar modal minim. "Asing melihat ini sebuah kesempatan. Sehingga, pasar obligasi Indonesia lebih besar dikendalikan oleh asing," ujar Nico, Jumat (30/1).

Memanasnya kondisi politik dalam negeri terkait polemik antara Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) dan Kepolisian Republik Indonesia (Polri) tak mengurangi minat asing terhadap pasar obligasi Indonesia. Asing menganggap bahwa kondisi tersebut sebagai suatu proses demokrasi, sehingga Indonesia bisa menjadi lebih baik. Banjir dana asing ikut mendorong penurunan yield obligasi negara.

Data Indonesia Bond Princing Agency (IBPA) menunjukkan, seluruh yield seri acuan atau benchmark pada perdagangan Jumat (30/1) bergerak turun. Yield seri FR0069 bertenor lima tahun turun menjadi 6,81% dibandingkan perdagangan sebelumnya yang sekitar 6,82%. Seri FR0070 bertenor 10 tahun juga turun menjadi 7% ketimbang sebelumnya yang 7,05%.

Kemudian, yield seri FR0071 bertenor 15 tahun turun menjadi 7,26% dibandingkan sebelumnya yang 7,31%. Yield seri FR0068 bertenor 20 tahun turun menjadi 7,37% dibandingkan sebelumnya yang sebesar 7,42%.

Analisis Nico, tren penurunan yield obligasi terlihat sejak dua pekan lalu. Saat itu, ECB mulai memberikan kepastian terkait quantitative easing. "Yield juga terapresiasi akibat rendahnya ekspektasi inflasi seiring turunnya harga minyak dan bahan bakar minyak (BBM) sejak sejak kuartal IV-2014," ujar Nico.

IBPA mencatat, rata-rata yield obligasi pemerintah pada pekan periode 19 hingga 23 Januari 2015 turun 47,9 basis poin secara week on week (WOW). "Rata-rata yield obligasi korporasi juga turun 61,6 basis poin secara WOW," tulis analis IBPA Robby Rushandie dalam risetnya.

Strategi investor

Nico memperkirakan, tren bullish pasar obligasi masih akan berlanjut. Kendati demikian, laju bullish akan terbatas lantaran terganjal rencana kenaikan suku bunga acuan bank sentral Amerika Serikat, The Fed.

Di tengah kondisi ini, investor bisa masuk ke seri-seri acuan obligasi pemerintah, seperti seri FR0068, FR0069, FR0070, dan FR0071. Seri tersebut merupakan surat utang paling likuid di pasar. "Namun bila harga sudah terlalu tinggi, ada baiknya menunggu beberapa obligasi pemerintah yang akan terbit seperti SR007," imbuh Nico.

Sekadar informasi, seri SR007 tersebut akan ditawarkan pemerintah mulai 23 Februari 2015 mendatang. Apabila ingin berinvestasi di obligasi korporasi, investor dapat masuk di pasar sekunder dan mengincar obligasi yang masih murah dengan harga di bawah 100. Strategi tersebut akan memberikan yield menarik. "Investor yang masih menginginkan yield lebih, maka dapat memilih obligasi korporasi subordinasi," tutur Nico.

Sedangkan untuk investasi jangka panjang, investor dapat memilih obligasi berdurasi antara 10 tahun hingga 20 tahun. Instrumen investasi tersebut masih memberikan yield menarik dan memiliki potensi penguatan. "Tapi untuk transaksi jangka pendek, investor perlu melihat dari sisi analisis teknikal dan berita lebih dulu agar bisa memberikan keputusan secara lebih cepat," ujar Nico.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP) Negosiasi & Mediasi Penagihan yang Efektif Guna Menangani Kredit / Piutang Macet

[X]
×