Reporter: Amailia Putri Hasniawati | Editor: Asnil Amri
JAKARTA. Nampaknya, realisasi proyek Bukit Asam Transpasific Railways (BATR) bakal kembali molor. Hal ini lantaran belum kelarnya restrukturisasi yang dilakukan, khususnya terkait tambang dan infrastruktur.
"Targetnya April (sudah konstruksi), tapi terlambat karena restrukturisasi belum tuntas," ujar Milawarma, Direktur Utama PT Bukit Asam Tbk (PTBA) belum lama ini.
Proyek BATR ini tak lepas dari Bukit Asam Banko (BAB). Di proyek hulu ini, PTBA menguasai 65% saham. Sementara Grup Rajawali mengempit 35%. Adapun, nilai proyek ini ditaksir sekitar US$ 700 juta.
Milawarma bilang, pihaknya dan Grup Rajawali sudah sepakat mengenai valuasi. Namun, ia belum mau bilang terkait nilainya. "Yang jelas lebih tinggi dari valuasi awal," kata dia.
Sebagai gambaran saja, pada tahun 2008 lalu telah dilakukan valuasi awal. Ketika itu valuasi ditetapkan US$ 1,21 per ton. Saat ini, PTBA dan Rajawali sedang membuat keputusan terakhir mengenai mekanisme transaksi jual beli batubara.
Kemudian, izin pinjam pakai hutan di wilayah pertambangan pun masih dalam proses. Setelah izin dikantongi, selanjutnya akan dilakukan pembebasan lahan. Jika pembebasan lahan sudah mencapai 50% hingga 70%, maka BATR akan segera menarik fasilitas pinjaman yang telah diperoleh dari perbankan China.
BATR telah mendapatkan kesepakatan pendanaan dari beberapa kreditur, yaitu Bank of China, China Development Bank, China Exim, dan ICBC. Total pinjaman yang diberikan mencapai US$ 1,8 miliar. Di proyek ini, PTBA hanya memiliki 10% saja.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News