kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45927,64   6,18   0.67%
  • EMAS1.325.000 -1,34%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

POWR bidik mayoritas di PLTG Cikarang


Senin, 29 Agustus 2016 / 10:00 WIB
POWR bidik mayoritas di PLTG Cikarang


Reporter: Narita Indrastiti | Editor: Yudho Winarto

JAKARTA.  PT Cikarang Listrindo Tbk (POWR) membidik kepemilikan mayoritas di proyek patungan pembangkit listrik tenaga gas (PLTG) berkapasitas 1.100 megawatt (MW) di Cikarang, Jawa Barat. Ini adalah proyek patungan dengan perusahaan kakap, General Electric (GE).

Nilai proyek ini ditaksir mencapai US$ 800 juta. Kedua pihak sudah meneken nota kesepahaman terkait rencana pengembangan pembangkit listrik tersebut. POWR kini menantikan perjanjian jual beli tenaga listrik atau power purchase agreement (PPA) dengan PT Perusahaan Listrik Negara (PLN). "Kami ingin saham mayoritas di proyek itu, lebih dari 51% kepemilikan," ujar Christanto Pranata, Direktur Keuangan POWR, akhir pekan lalu.

Untuk pendanaan, PWOR akan menggunakan skema project financing dengan porsi 70% pinjaman dan sisanya 30% ekuitas. Sehingga, untuk proyek ini, kedua perusahaan akan mencari pendanaan eksternal hingga US$ 560 juta. "Kami yakin kerjasama dengan GE Capital akan mempermudah sumber pendanaan. GE Capital punya banyak koneksi," ujar Christanto.

POWR juga masih memiliki dana hasil initial public offering (IPO) yang belum digunakan. Dari IPO, emiten ini meraup dana Rp 2,4 triliun. POWR juga mendapat tambahan dana dari hasil divestasi para pemegang saham perseroan. Total dana IPO dan divestasi yang diraih POWR mencapai Rp 3,5 triliun. "Dana IPO baru akan digunakan untuk ekspansi tahun depan," imbuh dia.

Tahun ini, POWR menyiapkan belanja modal US$ 130 juta. Di semester I-2016, perseroan ini sudah menyerap belanja US$ 70 juta. Sisa belanja modal US$ 60 juta akan digunakan untuk menyelesaikan proyek pembangkit listrik berbahan bakar batubara di Babelan, Bekasi, Jawa Barat.

PLTU yang berdiri di lahan seluas 72 hektare itu memiliki total kapasitas 280 MW dengan nilai investasi US$ 475 juta. Dananya berasal dari surat utang yang terbit pada 2012 dan dari kas internal.

Saat ini pembangunan proyek pembangkit listrik itu sudah 86%. Dengan beroperasinya pembangkit tersebut, total kapastas listrik terpasang POWR di akhir tahun bisa mencapai 1.144 MW.

POWR juga berniat menerbitkan surat utang (notes) maksimal US$ 550 juta. Surat utang ini ditargetkan bertenor maksimal 10 tahun dengan suku bunga tetap maksimal 8% per tahun. Dana yang dihasilkan akan digunakan untuk melunasi notes 2019 sebesar US$ 500 juta dengan bunga 6,95% yang jatuh tempo pada 21 Februari 2019.

Pada 18 Agustus 2016, S&P mengerek peringkat kredit korporasi jangka panjang POWR dan peringkat surat utang 2019 dari BB- menjadi BB. "Kami berharap dapat menurunkan suku bunga dan memperpanjang tenor," ungkap Christanto. Untuk menawarkan surat utang ini, PWOR akan melakukan roadshow ke beberapa wilayah, seperti Amerika, Eropa dan Asia.

William Surya Wijaya, analis Asjaya Indosurya Securities mengatakan, prospek POWR dalam jangka panjang masih cukup bagus, karena perusahaan ini merupakan pemain besar di proyek listrik. Apalagi, POWR juga kerap berhasil menggandeng investor besar untuk menggarap beberapa proyek listriknya. "Kebutuhan listrik di Indonesia masih tinggi. Sehingga peluang untuk bertumbuh cukup besar," ujar William.

Hanya saja, sejak IPO, saham POWR masih belum banyak bergerak. William merekomendasikan hold saham POWR dengan target harga Rp 1.900 per saham. Harga saham POWR ditutup turun 0,33% ke level Rp 1.520 per saham pada perdagangan Jumat (26/8) pekan lalu.                               

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Trik & Tips yang Aman Menggunakan Pihak Ketiga (Agency, Debt Collector & Advokat) dalam Penagihan Kredit / Piutang Macet Managing Customer Expectations and Dealing with Complaints

[X]
×