kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45999,83   6,23   0.63%
  • EMAS1.199.000 0,50%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Pengelola dana Negeri Panda gencar investasi berbasis teknologi


Sabtu, 17 Februari 2018 / 13:30 WIB
Pengelola dana Negeri Panda gencar investasi berbasis teknologi


Reporter: Dimas Andi, Tane Hadiyantono | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pernahkah Anda mendengar nama Yu'E Bao? Ini adalah produk reksadana pasar uang yang antara lain ditawarkan lewat Alipay, platform pembayaran milik Alibaba. Yang spesial dari reksadana ini, pertumbuhan dana kelolaannya sangat dahsyat!

Reksadana yang dikelola Tianhong Asset Management Co. Ltd ini sudah menjaring dana kelolaan atawa asset under management (AUM) US$ 233 miliar, per Desember 2017. Angka itu setara 28% dana kelolaan reksadana pasar uang di ChinaQ Keberhasilan Yu'E Bao ini mengantarkan Tianghong menjelma menjadi MI terbesar di China.

Head of Wealth Management and Retail Digital Bussiness Bank Commonwealth Indonesia Ivan Jaya menyebut, perkembangan teknologi memang jadi kunci keberhasilan pasar modal China. Negeri Panda ini berhasil melakukan perpindahan dari "old economy" ke "new economy" yang berbasis teknologi. "Sebelumnya ekonomi China didominasi sektor perbankan," kata dia, Kamis (15/2).

Tengok saja, perusahaan e-commerce online China juga terus berkembang. Potensi pertumbuhan sektor ini juga sangat besar.

Commonwealth pun menangkap peluang dari pesatnya pertumbuhan sektor teknologi di China sebagai peluang investasi yang menguntungkan. Perusahaan ini memiliki produk yang memiliki eksposur besar pada sektor tersebut. Di mana saat ini hampir 50% dari alokasi investasi ditempatkan pada sektor teknologi.

Pasar reksadana di China juga diprediksi makin ciamik. Perusahaan konsultan manajemen investasi Casey Quirk, dalam laporan yang dirilis November 2017, memprediksi, dana kelolaan industri ini di 2030 bisa tembus US$ 17 triliun. Hingga akhir 2017 lalu, AUM industri reksadana mencapai US$ 2,8 triliun.

Lebih lanjut Casey Quirk menyebut, di 2019, pasar China dapat menggeser Inggris yang memiliki dana kelolaan US$ 3,8 triliun. AUM China bakal naik karena investor domestik mulai sadar pentingnya investasi.

Pasar obligasi aman

Selain industri reksadana yang makin mengkilap, prospek industri obligasi di China pun masih oke, meski negara tersebut diliputi ancaman perlambatan pertumbuhan ekonomi. Yield obligasi China bertenor 10 tahun cenderung turun tahun ini, meski penurunan sudah terbatas.

Rabu (14/2), yield obligasi China tenor 10 tahun berada di 3,891%. Padahal, per 2 Januari lalu yield obligasi masih di level 3,918%.

Analis Obligasi BNI Sekuritas Ariawan mengatakan, dibukanya pintu masuk bagi investor asing sejak tahun lalu menjadi katalis positif bagi industri obligasi China. Apalagi nilai outstanding mencapai kisaran US$ 9 triliun hingga US$ 10 triliun secara keseluruhan. Hal itu menunjukkan bahwa pasar obligasi China menjadi lahan investasi yang besar bagi investor global. Pasar obligasi China merupakan salah satu yang terbesar di dunia, kata Ariawan.

Kebalikan dengan obligasi korporasi China, Fund Manager Capital Asset Management Desmon Silitonga bilang, peluang obligasi korporasi China bakal berat. Pasalnya banyak perusahaan yang tidak jelas fundamentalnya tapi menawarkan obligasi. "Obligasi korporasinya agak berisiko, salah satu yang dikhawatirkan adalah risiko default mereka," terang dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Storytelling with Data (Data to Visual Story) Mastering Corporate Financial Planning & Analysis

[X]
×