kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.222.000 0,41%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Panas harga batubara dikendalikan China


Rabu, 23 Agustus 2017 / 06:15 WIB
Panas harga batubara dikendalikan China


Reporter: RR Putri Werdiningsih | Editor: Dessy Rosalina

KONTAN.CO.ID -  Harga komoditas batubara memang tengah terkoreksi pasca menyentuh level tertingginya pada Jumat (18/8) lalu. Emas hitam ini menembus level baru pada hargaUS$ 89,80 per metrik ton sejak sejak 2014. Analis melihat China cukup berperan besar terhadap pergerakan harga batubara.

Wahyu Tribowo Laksono, Analis PT Central Capital Futures mengatakan sampai saat ini China masih menjadi faktor pendorong penguatan harga batubara. Menurutnya sejak awal tahun negeri tirai bambu itu memang sudah mengontrol laju harga. Negeri tirai bambu itu sengaja mewacanakan pemberlakuan pembatasan jam kerja.

“Kalau harganya turun, isu pembatasan jam kerja kembali digulirkan sehingga harga mampu menguat kembali,” ujarnya kepada KONTAN, Selasa (21/8).

Sebaliknya ketika harga sudah cukup tinggi untuk menahan laju harga China menunda pelaksanaan pembatasan jam kerja tersebut. Bisa dibilang negeri tirai bambu itu memainkan kebijakan target harga pada batubara.

Hal serupa juga diungkapkan Deddy Yusuf Siregar, Analis PT Asia Tradepoint Futures. Menurutnya sekarang ini China tengah berusaha menjaga produksi dalam negerinya. Negeri tirai bambu itu membuka keran produksi batubara demi mencukupi permintaan listrik saat selama musim panas.

“Tetapi pada kuartal III nanti China akan mengurangi lagi produksi karena merasa kebutuhannya sudah cukup,” timpalnya.

Bagaimanapun menurutnya saat ini China terikat pada perjajian iklim Prancis. Ia berusaha membatasi kapasitas produksi batubara dalam negeri sebagai upaya untuk menaati perjanjian tersebut. Dalam tujuh bulan pertama tahun 2017, tercatat pengiriman batubara ke China telah meningkat 18,2% menjadi 152 juta ton.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×