kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45898,78   -24,72   -2.68%
  • EMAS1.319.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Notulensi FOMC bernada dovish, dollar AS alami koreksi terhadap yen


Minggu, 08 Juli 2018 / 14:29 WIB
Notulensi FOMC bernada dovish, dollar AS alami koreksi terhadap yen
ILUSTRASI. Kurs yen Jepang - dollar AS


Reporter: Grace Olivia | Editor: Sanny Cicilia

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pergerakan mata uang dollar Amerika Serikat (AS) mulai menunjukkan pelemahan di hadapan yen. Rilis pertemuan FOMC dan data tenaga kerja yang lebih buruk dari ekspektasi membuat mata uang Negeri Paman Sam terkoreksi.

Mengutip Bloomberg, Jumat (6/7) pukul 20.06 WIB, pasangan mata uang USD/JPY berada di posisi 110,52 atau melemah 0,11% dari posisi harga di hari sebelumnya. Dalam sepekan, dollar AS melemah 0,22% terhadap yen.

Analis Global Kapital Investama Alwy Assegaf, menyebut, koreksi pada dollar AS terjadi lantaran notulensi pertemuan FOMC Juni lalu yang dirilis, Jumat (6/7) dini hari, tidak memberi sinyal hawkish seperti yang diharapkan pelaku pasar. "Nada notulensi cenderung netral, sehingga pasar belum melihat ketegasan The Fed mengenai kebijakan kenaikan bunga selanjutnya," ujar Alwy, Jumat (6/7).

Alwy menilai, dalam rilis tersebut, para pejabat The Fed sejatinya masih optimistis terhadap prospek perekonomian AS. Namun, di saat bersamaan, The Fed juga mengantisipasi adanya risiko perang dagang yang kian memanas saat ini. Alhasil, dollar kehilangan katalis positifnya.

Tambah lagi, sejumlah data ketenagakerjaan AS sepanjang Juni lalu dirilis dengan hasil yang tak memuaskan. Jumlah pekerja non-pertanian AS turun menjadi 213.000 dari sebelumnya 244.000. Tingkat pengangguran atau unemployment rate AS juga naik dari 3,8% menjadi 4% yoy, Begitupun dengan tingkat upah rata-rata pekerja AS yang turun menjadi 0,2% mom dari sebelumnya 0,3% mom.

Sementara, mata uang yen masih mendapat dorongan dari tensi perang dagang yang memanas antara AS dan China. Seperti yang diketahui, sejak Jumat (6/7), AS resmi memberlakukan tarif impor untuk produk China senilai US$ 34 miliar.

"Sebagai mata uang safe haven sekaligus carry-trade, yen masih menjadi incaran pelaku pasar," kata Alwy. Artinya, ada kecenderungan investor memakai yen sebagai mata uang berbunga kecil untuk berinvestasi pada aset dengan imbal hasil yang lebih besar.

Namun, secara teknikal menurut Alwy, tren pasangan USD/JPY masih bullish untuk jangka pendek dan menengah. Hal ini terlihat dari pergerakan harga yang masih berada di atas garis MA 10 dan MA 55. Indikator MACD juga masih berada di zona positif dan belum menunjukkan indikasi divergen.

Hanya saja, indikator stochastic oscillator sudah membentuk pola deadcross di level 68 dan 69, sehingga menunjukkan sinyal overbought. Indikator RSI juga mulai bergerak turun meski masih berada di level 56.

"Secara keseluruhan, tren pasangan mata uang ini bullish, tapi ada potensi koreksi," ujar Alwy.

Untuk itu, pada perdagangan Senin (9/7), Alwy memberi rekomendasi sell on resistance. Ia memprediksi harga USD/JPY alam bergerak dalam rentang support 110,30 - 109,36 - 108,10 dan resistance 110,87 - 111,40 - 111,88.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×