kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,31   -15,20   -1.62%
  • EMAS1.345.000 0,75%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Menilik Prospek Saham Produsen CPO di Tengah Kenaikan Harga CPO


Senin, 17 Januari 2022 / 07:00 WIB
Menilik Prospek Saham Produsen CPO di Tengah Kenaikan Harga CPO


Reporter: Nur Qolbi | Editor: Handoyo .

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga jual minyak sawit mentah alias crude palm oil (CPO) terus bertahan di atas level RM 5.000 per ton. Berdasarkan data Bursa Derivatif Malaysia, harga CPO kontrak pengiriman Maret 2022 per Jumat (14/1) berada di level RM 5.123 per ton.

Harga tersebut meningkat 9,07% dibandingkan dengan harga pada akhir tahun 2021 yang berada di level RM 4.697 per ton. Harga ini juga sudah naik 1,73% dibandingkan harga penutupan Rabu (5/1) yang berada di RM 5.036 per ton setelah sebelumnya berada di bawah RM 5.000.

Analis Bahana Sekuritas Muhammad Wafi memprediksi, harga CPO yang tinggi ini akan bertahan sampai dengan kuartal I-2022. "Selanjutnya harga akan mulai turun pada kuartal II hingga kuartal III karena produksi CPO yang mulai naik," kata Wafi saat dihubungi Kontan.co.id, Jumat (14/1).

Sejalan dengan kenaikan harga CPO belakangan ini, saham-saham CPO juga terlihat bergerak positif sejak awal tahun 2022. Sebagai contoh, harga saham PT Astra Agro Lestari Tbk (AALI) tercatat naik 5% secara year to date (ytd) ke posisi Rp 9.975 per saham.

Baca Juga: IHSG Diprediksi Lanjut Menguat pada Senin (17/1), Saham Big Cap Potensial Jadi Mover

Kemudian, PT PP London Sumatra Indonesia Tbk (LSIP) terkerek 2,95% menjadi Rp 1.220, PT Dharma Satya Nusantara Tbk (DSNG) meningkat 6% menjadi Rp 530, dan PT Sampoerna Agro Tbk (SGRO) bergerak positif 1,75% menjadi Rp 2.030 per saham.

Menurut Wafi, emiten-emiten yang banyak mengekspor produknya ke luar negeri biasanya menjadi yang paling diuntungkan dengan kondisi harga CPO yang tinggi. Pasalnya, kenaikan harga CPO biasanya menjadi sinyal bahwa permintaan dari luar negeri sedang naik.

Sebaliknya, jika harga CPO melemah, maka hal itu menandakan permintaan dari luar negeri juga sedang turun. Dalam keadaan harga CPO yang turun, emiten yang banyak menjual produknya ke pasar domestik justru lebih diunggulkan, mengingat permintaan dalam negeri yang stabil.

Dalam risetnya tanggal 15 Desember 2021, Research Associate Sinarmas Sekuritas Axel Leonardo juga melihat, harga CPO yang tinggi akan berlanjut sampai dengan akhir kuartal I-2022. Kemudian, harganya akan mulai turun di awal kuartal II-2022 seiring dengan produksi yang mulai pulih.

Menurut Axel, tingginya harga CPO hingga kuartal I-2022 didorong oleh adanya permintaan kuat dari China. Negeri Tirai Bambu ini perlu menambah stok CPO untuk industri makanan dan minuman menjelang Tahun Baru Imlek di awal Februari 2022.




TERBARU

[X]
×