kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,31   -15,20   -1.62%
  • EMAS1.347.000 0,15%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Menguji lagi pijakan bisnis BMRI


Rabu, 26 Juli 2017 / 08:00 WIB
Menguji lagi pijakan bisnis BMRI


Reporter: Danielisa Putriadita | Editor: Dupla Kartini

JAKARTA. PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) masih berjibaku memperbaiki kinerja. Sejauh ini, tanda-tanda hasilnya mulai tampak. Misalnya, laba bersih naik, meski net interest margin (NIM) masih turun.

Di kuartal dua lalu, BMRI membukukan laba bersih sebesar Rp 9,5 triliun. Jumlah ini naik 33,7% dibandingkan laba bersih semester I-2016 yang sebesar Rp 7,1 triliun.

Analis NH Korindo Bima Setiaji mengatakan, pertumbuhan laba bersih didorong oleh kredit BMRI yang bertumbuh seiring dengan pemulihan kualitas kredit. Pertumbuhan kredit BMRI pada semester I-2017 mencapai 12,9% year on year (yoy) menjadi Rp 682 triliun.

Peningkatan laba bersih BMRI juga didorong penurunan biaya pencadangan BMRI sekitar 26% secara yoy di kuartal I-2017. "Biaya pencadangan yang turun membuat laba bersih naik," kata Bima pada KONTAN, Selasa (25/7).

Selain itu pendapatan BMRI dari fee based income juga tumbuh signifikan sebesar 18,5% menjadi Rp 10,9 triliun.

Namun, di tengah meningkatnya laba bersih, BMRI masih mencatatkan penurunan NIM. Pertumbuhan laba bunga bersih turun dari 6,2% di semester I-2016 menjadi 5,9% di semester I-2017.

Bima melihat, penurunan NIM disebabkan oleh beragam penyesuaian yang dilakukan oleh bank pelat merah ini. Dari sisi pendanaan, ketatnya persaingan likuiditas menyebabkan kenaikan biaya yang dikeluarkan BMRI.

NIM BMRI yang tergelincir juga terpengaruh regulasi bunga pinjaman perbankan menjadi single digit pada 2016. Alhasil, tahun 2018, Bima memprediksi pendapatan bunga bersih BMRI bisa melambat jika rasio NIM terus menyusut.




TERBARU

[X]
×