kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45922,49   -13,02   -1.39%
  • EMAS1.345.000 0,75%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Menakar prospek saham stock split


Senin, 28 Mei 2018 / 06:57 WIB
Menakar prospek saham stock split
ILUSTRASI. Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta


Reporter: Dityasa H Forddanta | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sejumlah emiten ingin harga sahamnya lebih terjangkau oleh investor publik. Mereka pun menggelar aksi memecah nilai saham atau stock split.

Mitra Adiperkasa (MAPI) bakal memperdagangkan saham hasil stock split di awal Juni nanti. Rasionya 1:10. Artinya, saham lama dengan nilai nominal sebesar Rp 500 per saham berubah jadi Rp 50 per saham. Pengelola bioskop CGV Blitz, Graha Layar Prima (BLTZ), juga melakukan stock split dengan rasio 1:2.

Vice President Research Artha Sekuritas Frederik Rasali bilang, stock split tak mengubah fundamental emiten. Sebab, tak ada perubahan struktur permodalan terutama dalam bentuk duit segar yang diterima emiten, meski sama-sama ada penambahan jumlah saham beredar di publik.

Stock split justru akan memberikan banyak keuntungan bagi investor, terutama ritel. "Jumlah saham beredar semakin banyak, sehingga kian likuid dan harga per saham makin kecil," ujar dia, akhir pekan lalu, Jumat (25/5).

Tapi, bukan berarti emiten tak mampu meraup untung dari stock split. Emiten dapat keuntungan, cuma memang tak secara langsung. Dengan stock split, pergerakan sahamnya bisa lebih aktif.

Jika saham aktif, aksi korporasi ke depan bakal memperoleh respons cepat dari investor. "Stock split akan memudahkan emiten melakukan aksi korporasi," ujar analis Semesta Indovest, Aditya Perdana Putra.

Di lihat dari sisi harga, ada beberapa saham yang sejatinya layak untuk stock split. Contohnya, Gudang Garam (GGRM) yang harga pasarnya hampir Rp 70.000 per saham. Kemudian Unilever Indonesia (UNVR) yang sudah di Rp 46.800. Demikian pula saham United Tractors (UNTR) yang kini mendekati Rp 38.000 per saham.

Fundamental ketiganya solid. Banyak investor publik meminati saham itu. Namun keinginan itu dibatasi oleh harganya yang sudah tinggi. Jika dibeli, lot yang didapat pun hanya sedikit. "Kami belum berencana stock split," ujar Sara K. Loebis, Sekretaris Perusahaan UNTR kepada KONTAN, Jumat (25/5).

Aditya menilai, ada beberapa alasan emiten tak ingin stock split. Pertama, porsi kepemilikan publiknya sedikit, lebih banyak pemegang saham korporasi yang cenderung minim transaksi karena punya profil risiko investasi jangka panjang. Kedua, emiten tidak stock split karena memang belum melakukan aksi korporasi. Terutama aksi korporasi pendanaan karena struktur permodalannya sudah cukup kuat.

United Tractors (UNTR), misalnya, kas dan setara kas per Desember 2017 senilai Rp 20,83 triliun. "Oleh karena itu porsi kepemilikan publik penting untuk membuat emiten berkenan stock split," jelas Aditya.     

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×