kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45923,49   -7,86   -0.84%
  • EMAS1.319.000 -0,08%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Membidik saham saat pasar fluktuatif


Kamis, 08 Februari 2018 / 08:15 WIB
Membidik saham saat pasar fluktuatif


Reporter: Dede Suprayitno, Riska Rahman | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Setelah merosot selama dua hari berturut-turut, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) kembali bangkit 0,87% menjadi 6.534,87, pada transaksi Rabu (7/2). Pada Selasa (6/2) lalu, indeks saham terjun 1,69%.

Mayoritas harga saham di Bursa Efek Indonesia terseret di zona merah. Di tengah fluktuasi pasar saham, sejatinya, investor perlu mengatur siasat agar tak terjebak dalam kerugian. Bagaimana mengatur portofolio saham di saat seperti ini?

Senior Analyst Research Division Anugerah Sekuritas Indonesia Bertoni Rio, menyatakan dalam kondisi saat ini, sebaiknya investor pandai-pandai mengatur portofolio. Dia menyarankan investor sebaiknya menggunakan 20% dana investasinya untuk jangka pendek, 20% lainnya untuk saham average down atau saham yang telah terkoreksi 10%, sedangkan 40% merupakan investasi saham jangka panjang. "Sebesar 20% lainnya untuk cash," saran Bertoni kepada Kontan.co.id, kemarin.

Di antara beberapa saham, Bertoni tertarik pada AKRA dan HMSP. Sebab, secara teknikal harga kedua saham tersebut sudah berada di level support. Sampai penutupan perdagangan kemarin, harga saham AKRA berada pada level Rp 5.550 dan HMSP di posisi Rp 4.930 per saham.

Saham AKRA masih punya potensi naik sebesar 35,13% dan HSMP bisa menanjak 11,56%. "Target harga AKRA Rp 7.500 dan HMSP Rp 5.500, bisa buy," kata Bertoni.

Analis Binaartha Parama Sekuritas Muhammad Nafan Aji menyarankan, selain melihat dari sisi teknikal, investor perlu mempertimbangkan aspek fundamental bisnis emiten. Untuk itu, para investor bisa memilih emiten dengan pertumbuhan kinerja keuangan yang konsisten dan berkesinambungan. "Gunakan risk management agar melindungi portofolio dari total loss," ungkap Nafan kepada Kontan.co.id, kemarin.

Indeks saham domestik masih rawan koreksi. Pasalnya, masih ada sentimen pasar yang masih membayangi IHSG. Misalnya, rencana kenaikan suku bunga The Fed (Fed fund rate). Meski demikian, pada saat ini pelaku pasar bisa memanfaatkan untuk melakukan profit taking. "Dalam jangka pendek, usahakan mendapatkan profit minimal 3%. Jika di atas 5% itu sudah bagus sekali," ujar dia.

Nafan mencermati saham SRIL masih menarik untuk dikoleksi. Sebab, secara teknikal telah terbentuk formasi bullish homing pigeon pada saham SRIL. Selain itu, price earning ratio (PER) SRIL masih di bawah 10 kali, persisnya 8,27 kali pada 5 Februari 2017.

Ini dinilai masih murah. "Sekarang pola tweezer bottom candlestick pattern masih terbentuk. Buy on weakness SRIL dengan target harga Rp 496 per saham," kata Nafan.

Pada transaksi kemarin, harga saham SRIL ditutup pada level Rp 338 per saham. Artinya, masih ada potensi naik sebesar 46,74%. Jika mengacu pada daily chart, terlihat SRIL sudah mendekati level under price, karena pergerakan harganya telah menyentuh garis MA 200 di level 350. Secara fundamental, emiten ini cenderung prospektif.

Apalagi, SRIL memiliki agenda mengakuisisi dua perusahaan tekstil. Selain itu, laporan keuangan emiten ini cukup baik. "Kinerja keuangannya bagus, pendapatan maupun laba bersihnya terus meningkat," ungkap Nafan.

Bertoni menambahkan, diantara saham-saham yang telah terkoreksi dalam, dia mencermati saham-saham SRIL, LPKR dan LPPF. Dia merekomendasikan buy on weakness pada ketiga saham tersebut. "Untuk jangka pendek bisa beli bertahap SRIL, LPKR dan LPPF," kata dia.

Analis Semesta Indovest Aditya Perdana Putra, menambahkan pergerakan SRIL sejak awal tahun cenderung stagnan. Hingga kejatuhan pasar, pada Selasa lalu, menyebabkan harga sahamnya turun cukup tajam. SRIL termasuk saham yang volatil dan jika konsolidasi memakan waktu lama untuk bisa mencapai highest level.

Harga SRIL ditransaksikan di bawah MA200. Sinyal jual sudah terlihat. Rebound level awal yang akan coba ditembus oleh SRIL ada di posisi Rp 354 per saham.

SRIL juga ditopang berita positif, seperti adanya tax allowance untuk industri baru, yaitu industri pakaian jadi atau konveksi dari tekstil, industri pakaian jadi (konveksi) dari kulit, industri alas kaki untuk keperluan sehari-hari, industri sepatu olahraga, industri sepatu teknik lapangan/keperluan industri. "SRIL saat ini posisi untuk buy on weakness dan disarankan trading short term, bisa buy di level 326-334," ungkap Aditya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×