Reporter: Willem Kurniawan | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sebagian kalangan meyakini krisis Argentina bisa menjadi Indikasi awal bisa terjadi di negara lain. Indonesia dianggap oleh banyak pengamat berpotensi terdampak. Apalagi, sejak awal tahun rupiah melemah 4,09%.
Meski begitu, Mandiri Sekuritas meyakini Indonesia masih jauh dari krisis. “Kita masih jauh sekali dari kemungkinan krisis seperti Argentina. Inflasi kita masih terkendali dan terjaga sekali, masih single digit," jelas Deputy Head of Equity Research Mandiri Sekuritas Tjandra Lienandjaja Jumat (25/5).
Asal tahu saja, Peso Argentina sempat melemah hingga 34,16% sejak awal tahun menjadi 24,98 per dollar Amerika Serikat (AS). Demi menahan kejatuhan Peso, Bank Sentral Argentina terpaksa mengerek suku bunga jadi 40% dari 33,25% dimana sehari sebelumnya suku bunga telah dinaikkan pada 30,25%. Seminggu sebelumnya, suku bunga Argentina masih 27,25%.
Sementara itu, di Indonesia, pada awal tahun 2018 Mandiri Sekuritas memprediksi laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berada di kisaran 6.700-7.100, namun dalam beberapa pekan terakhir prediksi tersebut turun berubah menjadi 6.325 hingga akhir tahun. Mengutip RTI, Jumat (25/5) IHSG ditutup naik 29,20 poin atau setara 0,49% ke level 5.975.
Tjandra Lienandjaja mengatakan Mandiri Sekuritas memproyeksikan target IHSG 6.325 hingga akhir tahun. "Dulu pernah turun jauh dan kita belum melihat ada tanda-tanda itu lagi. Kita masih yakin kenaikan (suku bunga acuan) 25 basis poin lagi untuk Indonesia, itu sudah masuk ekspetasi pasar dan kita tidak harap ada kenaikan yang drastis lagi,” ujarnya Jumat (25/5)
Ekspetasi pasar dari Mandiri Sekuritas sudah termasuk hasil rapat FOMC di Juni nanti dengan kemungkinan satu kali lagi kenaikan suku bunga AS, mungkin sesudah lebaran di bulan Juni atau bulan berikutnya sekitaran Agustus.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News