kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45913,59   -9,90   -1.07%
  • EMAS1.319.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Laba bersih Intiland (DILD) melorot 47% di kuartal III-2018, ini penyebabnya


Rabu, 31 Oktober 2018 / 21:26 WIB
Laba bersih Intiland (DILD) melorot 47% di kuartal III-2018, ini penyebabnya
ILUSTRASI. Manajemen DILD saat Investor Summit di BEI


Reporter: Dina Mirayanti Hutauruk | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Intiland Development Tbk (DILD) berhasil mencatatkan pertumbuhan pendapatan hingga kuartal III-2018. Namun, membengkaknya beban bunga pinjaman untuk membiayai penyelesaian konstruksi proyek membuat laba bersih perusahaan mengalami penurunan yang signifikan.

Kuartal III-2018, Intiland hanya mampu mencatatkan laba bersih Rp 123 miliar, turun 47% dibandingkan periode yang sama tahun lalu yang mencapai Rp 233 miliar.

“Laba bersih turun terutama karena meningkatnya beban bunga pinjaman untuk modal kerja penyelesaian konstruksi proyek. Faktor lainnya karena adanya penurunan margin laba kotor yang disebabkan penjualan non-core asset dan meningkatnya beban penjualan,” jelas Archied Noto Pradono, Direktur Pengelolaan Modal dan Investasi Intiland dalam keterangan resminya, Rabu (31/10).

Sementara pendapatan usaha Intiland mampu mencapai Rp 2,4 triliun, naik 40% dibandingkan periode yang sama tahun 2017 sebesar Rp 1,7 triliun. Menurut Archied, peningkatan itu ditopang oleh adanya pengakuan dari penjualan tanah yang masuk kategori bukan bisnis inti. 

Penjualan tanah ini tercatat di segmen pengembangan kawasan perumahan. Kontributor lainnya pada segmen ini antara lain berasal dari sejumlah proyek perumahan seperti Serenia Hills Jakarta, Graha Famili dan Graha Natura Surabaya, Talaga Bestari dan Magnolia Residence di Tangerang.

“Pengembangan kawasan perumahan mampu memberikan kontribusi Rp1,2 trilun atau sekitar 50% dari keseluruhan pendapatan usaha. Kalau dibandingkan tahun lalu, pendapatan usaha di segmen ini naik 255 persen,” ungkap Archied.

Segmen pengembangan mixed-use & high rise mencatatkan kontribusi pendapatan usaha sebesar Rp 729,1 miliar atau 30% dari keseluruhan. Sementara dari segmen pengembangan kawasan industri yang berasal dari penjualan lahan di Ngoro Industrial Park di Mojokerto, Intiland memperoleh pendapatan usaha sebesar Rp 54,7 miliar, atau 2% dari keseluruhan.

Segmen properti investasi perseroan yang merupakan sumber pendapatan berkelanjutan (recurring income) mencatatkan kontribusi pendapatan usaha sebesar Rp 430,6 miliar atau 18% dari keseluruhan. Nilai pendapatan ini meningkat 24,5% dari pencapaian pada periode sembilan bulan tahun 2017 sebesar Rp 345,9 miliar.

Archied menjelaskan meningkatnya pendapatan dari segmen properti investasi terutama ditopang oleh naiknya pendapatan sewa ruang perkantoran, seperti South Quarter dan Intiland Tower. Selain dari penyewaan ruang perkantoran, pendapatan dari segmen ini berasal dari penyewaan ruang ritel, pergudangan, serta pengelolaan klub olahraga dan lapangan golf. “Recurring income sebagian besar bersumber dari pengelolaan sarana dan prasarana, perkantoran, dan kawasan industri,” ujarnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×