kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45928,35   -6,99   -0.75%
  • EMAS1.321.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Kenaikan produksi China menekan harga aluminium


Selasa, 30 Mei 2017 / 20:26 WIB
Kenaikan produksi China menekan harga aluminium


Reporter: Wuwun Nafsiah | Editor: Yudho Winarto

JAKARTA. Kebijakan pembatasan produksi China kini sudah tidak lagi mendukung kenaikan harga aluminium. Pelaku pasar mulai mengkhawatirkan adanya kenaikan produksi di saat permintaan melambat.

Mengutip Bloomberg, Selasa (30/5) pukul 16.21 WIB, harga aluminium kontrak pengiriman tiga bulan di London Metal Exchange tergerus 0,2% ke level US$ 1.947,5 per metrik ton dibanding sehari sebelumnya. Sementara dalam sepekan terakhir, aluminium menanjak 0,23%.

Direktur Utama PT Garuda Berjangka, Ibrahim mengatakan, harga aluminium mulai tergerus setelah terjadi kelebihan produksi. Kebijakan pemerintah China untuk menekan produksi aluminium rupanya belum menunjukkan hasil.

Berdasarkan data International Aluminum Institute, China memproduksi 2,76 juta metrik ton aluminium pada bulan April. Angka tersebut tumbuh 7,6% dibanding periode sama tahun lalu. Sementara produksi aluminium sepanjang empat bulan pertama tahun ini naik 12% year on year (yoy).

Di sisi lain, perlambatan permintaan masih terus membayangi laju aluminium. Salah satunya disebabkan oleh melambatnya pembangunan properti. "Pada saat properti melambat, maka akan berdampak ke turunnya permintaan aluminium sebagai salah satu komponen yang digunakan pada properti," kata Ibrahim.

Ekspor aluminium China dalam empat bulan pertama stabil di angka 1,49 juta metrik ton. Dari sisi domestik, sinyal perlambatan permintaan tak hanya terlihat dari sektor properti tetapi juga angka penjualan kendaraan bulan April yang turun 2,1% yoy menjadi 2,1 juta unit.

Ibrahim memperkirakan tekanan harga aluminium akan berlanjut hingga sepekan ke depan. Pelaku pasar menanti rilis data manufaktur China bulan Mei untuk melihat sinyal permintaan aluminium. Adapun proyeksinya melambat ke level 50,2 dari sebelumnya 50,3 sehingga berpotensi menyeret harga aluminium.

Namun dalam jangka panjang, aluminium masih memiliki peluang untuk menguat, terutama jika didukung pelemahan dollar AS. Survei kenaikan suku bunga The Fed bulan Juni memang mencapai 80%.

"Tetapi kita belum bisa memastikan kenaikan suku bunga di tengah ketidakpastian politik dan ekonomi AS. Biasanya The Fed cenderung hati - hati dalam memutuskan kebijakan suku bunga," lanjut Ibrahim.

Di samping itu, Gubernur Bank Sentral Eropa, Mario Draghi menyatakan masih akan memberikan stimulus moneter untuk mendukung ekonomi.

Hal ini menjadi sentimen positif bagi prospek aluminium. Ibrahim memprediksi harga aluminium mampu menyentuh level US$ 2.000 per metrik ton hingga akhir semester pertama.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×