kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,31   -15,20   -1.62%
  • EMAS1.347.000 0,15%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Investasi aman saat politik memanas


Jumat, 02 Maret 2018 / 07:00 WIB
Investasi aman saat politik memanas


Reporter: Danielisa Putriadita | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Dalam dua tahun ke depan, pentas politik dalam negeri bakal ramai. Kondisi politik yang berpotensi memanas lantaran ada pilkada dan pemilu presiden akan mempengaruhi investasi. Instrumen investasi apa yang cocok di tahun politik?

M Renny Raharja, Executive Vice President PT Schroders Investment Management Indonesia, menilai, investasi saham paling menarik di tahun politik. Ia menghitung, rata-rata pertumbuhan laba per saham bisa mencapai 13%.

Apalagi, jelang pilkada serentak, anggaran belanja pemerintah maupun konsumsi masyarakat diperkirakan lebih tinggi. Hal ini akan menguntungkan saham sektor konsumer. Selain sektor konsumer, jagoan Renny adalah sektor perbankan dan sektor telekomunikasi.

Direktur Riset dan Investasi Bahana TCW Investment Management Soni Wibowo mengamini investasi saham di tahun politik masih menarik. Investasi saham masih menjanjikan ditopang kinerja emiten yang diprediksi masih positif dan potensi dividen. Cuma, tekanan sentimen eksternal di pasar saham membuat risiko meningkat.

Karena itu, Soni menilai investasi obligasi lebih menarik di tahun politik. Walau harga obligasi sedang dalam tren koreksi, Soni menilai ini jadi kesempatan untuk masuk di reksadana pendapatan tetap.

Reksadana pendapatan tetap menarik dikoleksi karena harga obligasi pemerintah sudah koreksi cukup dalam. Sementara, potensi rebound dalam waktu dekat cukup besar. "Potensi imbal hasil sekitar 10% dari harga saat ini," prediksi Soni, Kamis (1/3).

Ada beberapa faktor yang akan mempengaruhi pergerakan instrumen berbasis obligasi tahun ini. Di antaranya yakni kenaikan suku bunga The Fed, potensi kenaikan peringkat utang Indonesia dan angka inflasi.

Sementara Renny menghitung investasi berbasis obligasi masih bisa memberikan imbal hasil dengan kisaran 6%–7%. Pasar surat utang  berpotensi bergairah di sekitar Juni 2018, jika Indonesia mendapatkan kenaikan rating utang dari Moody's dan Standard & Poor's.

Pilih ETF

Sementara itu, Guntur Putra, Presiden Direktur dan Chief Executive Officer (CEO) Pinnacle Persada Investama lebih memilih instrumen yang belum banyak dimiliki investor domestik. Menurut dia, reksadana berbasis saham berbentuk exchange traded fund (ETF) menarik dikoleksi di tahun politik. "Investasi di reksadana ETF membuat pelaku pasar lebih fleksibel karena bisa keluar masuk kapan saja dalam waktu perdagangan bursa," kata dia.

Selain itu ETF juga memberikan nilai lebih dalam hal diversifikasi dibandingkan dengan berinvestasi langsung pada saham. Menurut hitungan Guntur, reksadana ETF milik Pinnacle Persada bisa memberikan return lebih besar sekitar 3%-4% dari indeks saham dan indeks acuan.

Reksadana pasar uang juga menarik dimiliki di tahun ini karena cocok bagi investor yang ingin berinvestasi dengan karakteristik yang lebih defensif. Namun yang patut diingat, di tengah kondisi pasar dengan volatilitas cukup tinggi, investor disarankan harus jeli dan bersabar dalam berinvestasi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×