kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45898,78   -24,72   -2.68%
  • EMAS1.319.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Inilah prospek emiten konglomerasi


Senin, 22 Oktober 2012 / 07:03 WIB
Inilah prospek emiten konglomerasi
ILUSTRASI. Simak panduan mengambil screenshot di Macbook, ini tombol kombinasinya


Reporter: Veri Nurhansyah Tragistina | Editor: Sandy Baskoro

JAKARTA. Emiten kelompok usaha yang bernaung dalam satu induk (konglomerasi) menunjukkan kinerja bervariasi di tahun ini. Secara rata-rata, setiap konglomerasi masih bisa meraih pertumbuhan di tengah krisis utang Eropa dan Amerika Serikat (AS).

Konglomerasi pertama yang patut dicermati adalah Grup Astra. Anggota emiten Grup Astra punya pencapaian beragam. Analis menilai, PT Astra International Tbk (ASII) berprospek positif. 

Analis Bahana Securities Leonardo Henry Gavaza menuturkan, salah satu pendorong prospek pertumbuhan ASII adalah kehadiran produk mobil murah ramah lingkungan (low cost green car/LCGC). Dua model LCGC itu adalah Toyota Agya dan Daihatsu Ayla. "Produk ini akan menciptakan pasar baru yang bisa mendorong pangsa pasar Astra International," kata Leonardo, akhir pekan lalu.

Tapi, laju bisnis Grup Astra tak seluruhnya positif. Kinerja dua anak usahanya, PT Astra Agro Lestari Tbk (AALI) dan PT United Tractors Tbk (UNTR), justru tertekan. Pelemahan harga CPO menekan kinerja AALI. Per 30 Juni 2012, laba bersih AALI menyusut 24,51% year-on-year (YoY) menjadi Rp 958,61 miliar.

Tekanan hebat dihadapi UNTR. Distributor alat berat ini terkena imbas slowdown pasar batubara dunia. Per Agustus 2012, penjualan alat berat UNTR turun 10,88% (YoY) menjadi 5.036 unit.

Situasi serupa dialami Grup Salim. Pencapaian bisnis PT Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF) beserta anak usaha juga bervariasi. Analis AAA Securities Adolf Sutrisno menuturkan, bisnis makanan yang digawangi anak usaha, PT Indofood CBP Tbk (ICBP), masih prospektif. Ini terbukti dari penjualan ICBP yang tumbuh 16,2% (YoY) menjadi Rp 10,77 triliun per Juni 2012.

Tapi, lini bisnis INDF lainnya terutama tepung terigu dan agribisnis mendapat tekanan akibat fluktuasi harga komoditas dunia. Per 30 Juni 2012, bisnis tepung terigu INDF hanya tumbuh 5,2% (YoY) menjadi Rp 7,68 triliun. Sementara agribisnis naik 15,7% (YoY) menjadi Rp 6,94 triliun.

Situasi berbeda dialami Grup Media Nusantara Citra (MNC). Analis Trust Securites Reza Priyambada menilai, geliat Grup MNC bukan ditentukan sang induk, PT Bhakti Investama Tbk. Grup ini justru mengandalkan bisnis media, yakni PT Media Nusantara Citra Tbk (MNCN). Kinerja MNCN terus naik seiring pertumbuhan ekonomi nasional.

Konglomerasi terakhir adalah Grup Sinarmas, yang mengandalkan PT Bumi Serpong Damai Tbk (BSDE). Analis Danareksa Sekuritas Anindya Saraswati menilai, BSDE masih prospektif seiring diversifikasi portofolio proyeknya. Baru-baru ini, BSDE mengakuisisi 40 ha lahan di Surabaya Barat dan 1,7 ha di pusat kota Surabaya. Kedua lahan ini akan digunakan untuk pengembangan proyek landed-residential dan high-rise commercial.

Anindya memperkirakan, BSDE pendapatan tumbuh 32% YoY menjadi Rp 3,69 triliun tahun ini. Adapun, laba bersih ditaksir naik 30,8% (YoY) menjadi Rp 1,1 triliun.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×