Reporter: Nisa Dwiresya Putri | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Goldman Sachs Group Inc dan BlackRock Group Inc mengeluarkan laporan yang menyebut potensi investasi di emerging market tahun 2018 masih bagus. Sebagaimana diketahui, Indonesia termasuk dalah satu emerging market. Sepakat, analis melihat Indoensia pun masih menarik untuk tujuan investasi.
Analis Semesta Indovest Aditya Perdana Putra menerangkan, setidaknya ada tiga faktor yang bisa menjadi pertimbangan suatu negara dapat dijadikan tujuan investasi. Ketiganya adalah sisi pertumbuhan ekonomi, bisnis, dan politik suatu negara. Tiga faktor ini menurut Aditya yang kemudian berimbas pada kondisi makro suatu negara.
Saat ini, Aditya menilai pertumbuhan ekonomi Indonesia terbilang stagnan karena tak tumbuh signifikan. Selain itu, muncul pula isu pelemahan konsumsi masyarakat. "Masih ada risiko fiskal, dimana ada defisit dari penerimaan dan pengeluaran APBN. Utang pemerintah, rupiah, inflasi, dan suku bunga juga perlu dimonitor," tambah Aditya, Jumat (10/11).
Selain faktor di atas, Aditya juga menyebut pencapaian target pemerintah sebagai salah satu tolok ukur. Target yang tak tercapai bisa menjadi penentu bagi investor dalam menentukan pilihan untuk menanamkan uangnya di Indonesia.
Meski demikian, Aditya sepakat bahwa Indonesia masih menarik untuk menjadi tujuan investasi. Adapun dari beberapa instrumen yang ada, Aditya menyebut pasar saham sebagai instrumen paling menarik diukur dari returnnya. "Cuma kita harus lihat diversifikasi risikonya. Jika memilih sektor yang tepat, keuntungan pasti lebih tinggi," ujar Aditya.
Dari pasar saham tahun ini Aditya mencatat kenaikan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) cukup atraktif. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mampu menembus level 6.000 sebelum akhir tahun. Aditya pun menyebut IHSG mampu catat pertumbuhan dengan rentang 10%-15% di beberapa tahun kebelakang.
Direktur Investa Saran Mandiri Hans Kwee sepakat melihat bahwa valuasi dan earning per share (EPS) di IHSG cukup bagus. Saat ini Hans mencatat bahwa rata-rata pertumbuhan kinerja korporasi berada di angka 12%. Dengan optimisme perbaikan ekonomi Indonesia dan global, tahun depan Hans percaya kinerja korporasi bisa tumbuh 15%.
"Tahun ini karena valuasi dan potensi bunga, memang asing terlihat masuk ke bond market. Setelah kuartal I-2018 sepertinya mereka bisa lebih banyak inflow ke pasar saham, dengan mempertimbangkan kebijakan AS, salah satunya reformasi pajak," jelas Hans.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News