kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45923,49   -7,86   -0.84%
  • EMAS1.319.000 -0,08%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Indonesia Berpotensi Jadi Target Carry Trade


Kamis, 18 Februari 2016 / 07:00 WIB
Indonesia Berpotensi Jadi Target Carry Trade


Sumber: Bloomberg | Editor: Asih Kirana

Suku bunga negatif di Eropa dan Jepang membuka peluang bagi investor untuk mendapatkan keuntungan lewat carry trade. Indonesia, bersama-sama dengan Peru, India, Turki, Brasil dan China, dinilai bisa memberikan keuntungan terbaik bagi investor.

Carry trade merupakan aktivitas yang melibatkan pencarian dana pinjaman dari negara berbunga rendah dan kemudian memarkir dana tersebut di negara-negara yang memberikan keuntungan lebih tinggi. 

Saat ini, Jepang dan beberapa bank sentral di Eropa menetapkan suku bunga negatif untuk pinjaman overnight. Bank Sentral Eropa atau European Central Bank (ECB) telah menetapkan suku bunga negatif sejak Juni 2014. Pada 3 Desember 2015, ECB kembali menurunkan bunganya sehingga menjadi negatif 0,3%. Denmark, Swedia dan Swiss juga menerapkan kebijakan serupa. Bank Sentral Jepang atau Bank of Japan (BoJ) menyusul langkah ini pada 29 Januari lalu. BoJ menetapkan bunga overnight sebesar minus 0,1%. Dus, bank-bank yang memarkir dananya di BoJ, alih-alih memperoleh bunga, justru kena tambahan biaya sebesar 0,1%.

Dengan meminjam dana dari negara-negara tersebut dan menempatkannya di aset-aset yang menjanjikan imbal hasil lebih tinggi, investor bisa meraup untung. Berdasarkan data yang dihimpun Bloomberg dalam satu bulan terakhir, sol Peru, rupe India dan lira Turki berpotensi memberikan keuntungan tertinggi dalam aktivitas carry trade. Setelah memperhitungkan volatilitas yang berpotensi menggerus keuntungan transaksi, masing-masing bisa memberikan keuntungan sekitar 1,75%, 0,95% dan 0,85%.

Selain itu, renminbi China, real Brasil dan rupiah Indonesia juga dinilai menguntungkan. Potensi keuntungannya dalam sebulan sekitar 0,83% untuk yuan, 0,65% untuk real dan 0,49% untuk rupiah. 

Meski pada 14 Januari lalu Bank Indonesia memangkas BI rate dari 7,5% menjadi 7,25%, bunga acuan ini tentu masih lebih menarik ketimbang tingkat bunga negatif di Jepang dan negara Eropa. 

Masuknya investasi asing di bursa saham menjadi salah satu indikasi bahwa aset Indonesia masih menarik. Selama tahun ini hingga 17 Februari, asing mencatatkan beli bersih senilai Rp 2,37 triliun di Bursa Efek Indonesia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×