Reporter: Grace Olivia | Editor: Dupla Kartini
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Setelah sempat reli kencang, harga minyak mentah berbalik melandai. Harga minyak berangsur menurun seiring meredanya isu geopolitik dan rencana OPEC meningkatkan produksi demi mencegah kurangnya pasokan global.
Mengutip Bloomberg, Kamis (24/5) pukul 18.40 WIB, harga minyak West Texas Intermediate (WTI) pengiriman Juli 2018 di New York Mercantile Exchange di level US$ 70,93 per barel. Harga ini merosot 1,27% dibandingkan penutupan hari sebelumnya.
Sejak Selasa (22/5), harga minyak terus bergerak turun meninggalkan posisi tertinggi sebelumnya di US$ 72 per barel.
Analis Asia Tradepoint Futures Deddy Yusuf Siregar menilai, koreksi harga minyak mentah saat ini terbilang wajar. Pasalnya, ia meyakini, laju penguatan harga yang begitu kencang belakangan lebih disebabkan oleh sentimen konflik geopolitik, di antaranya di Timur Tengah.
"Pelaku pasar sempat khawatir produksi Iran dan Venezuela, sebagai produsen OPEC yang cukup besar, akan jadi sangat terbatas karena saat ini tengah bermasalah dengan Amerika Serikat (AS)," ujar Deddy, Kamis (24/5).
Namun, Deddy menilai, sejatinya, kenaikan harga minyak belum didukung oleh kondisi fundamental yang stabil. Terlihat, pekan ini harga minyak mulai menurun seiring dengan kembali tingginya stok minyak mentah milik AS. Data yang dirilis Rabu (23/5), menunjukkan, inventoris minyak AS kembali melonjak sebesar 5,8 juta barel.
"Hingga pekan lalu, jumlah sumur pengeboran minyak AS juga masih tinggi, yaitu 844, tertinggi sejak Maret 2015," ungkap Deddy.
Analis Finex Berjangka Nanang Wahyudi menambahkan, harga minyak juga terpental lantaran adanya niat OPEC menambah produksinya untuk mencegah kurangnya pasokan global. "Dengan kondisi persediaan minyak AS yang tinggi, rencana OPEC menaikkan produksi malah membuat harga tertekan," ujarnya, Kamis (24/5).
Kendati demikian, Nanang cukup yakin harga minyak mentah masih dalam tren yang kuat. Hanya saja, ia berharap, Jumat (25/5), harga minyak tidak akan ditutup di bawah US$ 71 per barel untuk mencegah harga turun lebih dalam lagi.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News