kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45935,34   -28,38   -2.95%
  • EMAS1.321.000 0,46%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Harga minyak mentah anjlok 7%, memburuknya virus corona di Eropa jadi pendorong


Jumat, 19 Maret 2021 / 06:28 WIB
Harga minyak mentah anjlok 7%, memburuknya virus corona di Eropa jadi pendorong
ILUSTRASI. harga minyak mentah melemah tajam untuk hari kelima secara berturut-turut


Sumber: Reuters | Editor: Anna Suci Perwitasari

KONTAN.CO.ID - NEW YORK. Harga minyak mentah jatuh untuk hari kelima berturut-turut pada hari Kamis (18/3). Ini jadi penurunan terbesar satu hari bagi harga minyak sejak musim panas lalu, di tengah meningkatnya kekhawatiran tentang kenaikan kasus Covid-19 di Eropa dan penguatan dolar Amerika Serikat (AS).

Kamis (18/3), harga minyak mentah berjangka jenis Brent untuk kontrak pengiriman Mei 2021 turun US$ 4,72, atau 6,9% menjadi US$ 63,28 per barel.

Setali tiga uang, harga minyak mentah jenis West Texas International (WTI) untuk kontrak pengiriman April 2021 melemah $ 4,60 atau 7,1% ke level US$ 60 per barel.

Anjloknya harga minyak mentah terjadi setelah beberapa negara besar di Eropa kembali memberlakukan penguncian karena beban kasus virus corona meningkat. Di saat yang sama, program vaksinasi melambat karena kekhawatiran tentang efek samping dari vaksin AstraZeneca yang didistribusikan secara luas di kawasan tersebut. 

"Skenario kasus terbaik untuk pemulihan permintaan telah diperhitungkan dalam pasar ini. Semua orang merayakan peluncuran vaksin dan pengurangan pembatasan," kata John Kilduff, mitra di Again Capital LLC di New York.

"Sekarang di Eropa, hampir sepenuhnya hilang. Penguncian di Polandia dan Italia menjadi inti dari seluruh narasi dan tesis pemulihan permintaan yang menaikkan harga," lanjut Kilduff.

Alhasil, kedua harga minyak berjangka tersebut sudah melemah lebih dari 11% sejak mencapai level tertinggi pada 8 Maret silam. 

Baca Juga: Kekhawatiran vaksin AstraZeneca turut menekan harga minyak, prospek masih melemah

Penurunan lima hari berturut-turut adalah yang terpanjang untuk WTI sejak Februari 2020 dan untuk Brent sejak September 2020. Itu terjadi setelah spekulan membangun posisi buy terbesar dalam perdagangan CME Minyak mentah berjangka AS dan opsi sejak 2018.

Setelah penutupan pasar, kedua patokan minyak mentah terus melemah, masing-masing merosot lebih dari $ 6 per barel, atau 9%.

Perlambatan dalam program vaksinasi di Eropa dan prospek lebih banyak pembatasan untuk mengendalikan virus corona telah menurunkan ekspektasi untuk pemulihan penggunaan bahan bakar.

Inggris harus memperlambat peluncuran vaksin Covid-19 bulan depan karena krisis pasokan yang disebabkan oleh penundaan pengiriman jutaan suntikan AstraZeneca dari India, dan kebutuhan untuk menguji stabilitas 1,7 juta dosis tambahan.

"Eropa mencatat minggu ketiga berturut-turut meningkatnya kasus Covid-19 dan dengan rintangan vaksinasi yang masih ada," kata Edward Moya, analis pasar senior di OANDA di New York.

Sejumlah negara Eropa telah menghentikan penggunaan suntikan AstraZeneca karena kekhawatiran tentang kemungkinan efek samping, meskipun Organisasi Kesehatan Dunia mengatakan Eropa harus terus menggunakan vaksin tersebut.

Di saat yang sama, persediaan minyak mentah AS naik untuk empat minggu berturut-turut setelah cuaca dingin yang parah di Texas dan bagian tengah negara itu pada Februari memaksa penutupan di kilang.

Kenaikan dolar AS juga berkontribusi pada aksi jual minyak. Dengan the greenback yang lebih kuat membuat minyak lebih mahal bagi pemegang mata uang lainnya.

Selanjutnya: Wall Street melemah tajam, indeks Nasdaq ditutup anjlok 3%

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP) Negosiasi & Mediasi Penagihan yang Efektif Guna Menangani Kredit / Piutang Macet

[X]
×