Reporter: Agung Jatmiko, Elisabet Lisa Listiani Putri | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kondisi ekonomi yang membaik membuat kinerja emiten di Bursa Efek Indonesia (BEI) kinclong. Sepanjang tahun 2017 lalu, laba bersih emiten BEI naik 22,74% year on year (yoy) menjadi Rp 998,3 triliun. Sementara itu, total pendapatan emiten mencapai 12,9% menjadi Rp 2.758 triliun.
Berdasarkan data Bloomberg, sektor konstruksi dan properti serta sektor pertambangan berhasil mencetak pertumbuhan laba bersih yang paling tinggi ketimbang sektor lainnya. Laba emiten sektor konstruksi dan properti melejit 128,73% yoy menjadi Rp 29,5 triliun.
Dari 65 emiten penghuni sektor ini, BSDE mencatatkan laba tertinggi, yakni sebesar Rp 4,92 triliun, tumbuh 173,9% sepanjang 2017 lalu. Emiten lain yang labanya turut melesat, yakni WSKT, PWON, PTPP dan ASRI.
Sementara itu, sektor pertambangan berhasil tumbuh 127,8% dengan total laba bersih rata-rata Rp 4,78 triliun. PTBA merupakan emiten tambang yang membukukan laba bersih tertinggi, diikuti oleh TINS, ELSA, ANTM dan ZINC.
Analis Paramita Alfa Sekuritas William Siregar menilai, kenaikan kinerja sektor pertambangan tak lepas dari membaiknya harga batubara. "Selain itu, tingginya permintaan juga menjadi katalis positif pendongkrak sektor tambang," kata William kepada KONTAN, Jumat (6/4).
Tingginya penetrasi dari proyek infrastruktur pemerintah juga menjadi penopang utama kinerja beberapa emiten sektor konstruksi, terutama emiten pelat merah seperti WSKT, PTPP, ADHI dan WIKA.
Meski demikian, William menilai pada tahun ini kinerja sektor pertambangan tak akan sekinclong tahun lalu. Pasalnya, tren kenaikan harga komoditas sudah mulai mereda dan kembali konsolidasi.
Sektor perbankan
Sementara itu, di tahun 2018 ini sektor konstruksi masih berpotensi menorehkan kinerja positif lantaran pemerintah masih agresif menggenjot proyek-proyek infrastruktur.
Namun, kinerja sektor properti nampaknya masih akan bergantung dengan prospek suku bunga. William bilang, jika daya beli menguat dan tidak ada sentimen negatif dari global, seperti kenaikan suku bunga The Fed, maka sektor properti bakal bisa melanjutkan penguatan.
Meski pertumbuhan tertinggi dikantongi sektor tambang dan konstruksi, tapi emiten pencetak laba terbesar masih dari sektor keuangan. Sektor yang dihuni 90 emiten ini mencatatkan besaran laba bersih sebesar Rp 115,98 triliun, dengan rata-rata pertumbuhan laba bersih 5,42%.
Sementara itu, sektor barang konsumsi yang dihuni 45 emiten mencatatkan laba bersih Rp 44,86 triliun dengan rata-rata pertumbuhan 67,47%. Yang menduduki perolehan laba paling besar di sektor barang konsumer adalah HMSP. Diikuti oleh GGRM, UNVR, INDF dan ICBP.
Direktur Investa Saran Mandiri Hans Kwee mengatakan, kinerja sektor perbankan didukung dengan adanya perbaikan non performing loan (NPL) yang lebih baik di 2018. Meski demikian, Hans menilai tahun ini banyak sentimen negatif yang akan membayangi pasar.
William juga mengatakan, potensi kenaikan tingkat suku bunga The Fed masih bisa menekan kinerja emiten tahun ini. Tapi, ia menilai sektor barang konsumsi bakal tetap defensif. Apalagi, ada momen pemilihan kepala daerah (Pilkada) dan Asian Games 2018.
William pun memberi rekomendasi buy bagi saham BBRI dengan target harga Rp 4.000, HMSP dengan target harga Rp 4.800, INDY dengan target Rp 4.100, dan BSDE dengan target harga Rp 2.100 per saham.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News