Reporter: Dina Farisah | Editor: Avanty Nurdiana
JAKARTA. Mata uang yen melemah, mengakhiri penguatan dalam dua hari terakhir terhadap dollar AS dan euro. Yen melemah setelah Pemerintah Jepang merilis laporan defisit neraca perdagangan Jepang di 2013 lebih besar dibandingkan tahun sebelumnya.
Pasangan EUR/JPY, Senin (27/1) sampai pukul 17.00 WIB, naik 0,32% menjadi 140,44 dari posisi akhir pekan lalu. Pairing USD/JPY juga naik 0,25% ke 102,57 dan pairing AUD/JPY pun menguat 0,60% ke 89,360.
“Defisit perdagangan menjadi faktor yang mendorong pelemahan yen dalam jangka menengah hingga jangka panjang. Data tersebut memicu aksi jual yen,” kata Kengo Suzuki, Kepala Strategi Mata Uang Mizuho Securities Co di Tokyo seperti dikutip Bloomberg.
Asal tahu saja, defisit neraca perdagangan Jepang mencapai rekor sebesar ¥ 11,5 triliun atau US$ 112,2 miliar pada tahun lalu. Defisit itu naik dua kali lipat dari tahun 2012.
Tekanan atas yen semakin besar setelah imbal hasil obligasi US Treasury 10 tahun naik 0,01% menjadi 2,73%. Dus, USD/JPY pun menguat. Dollar AS kian perkasa karena fokus pelaku pasar tertuju pada hasil pertemuan The Federal Open Market Committee (FOMC) yang kemungkinan akan mengurangi pembelian obligasi AS. Saat ini, pembelian obligasi bulanan AS tercatat US$ 75 miliar. Menurut survei Bloomberg, pembelian aset itu akan dikurangi sebesar US$ 10 miliar pada setiap pertemuan The Fed, sebelum akhirnya mengakhiri program stimulus di tahun ini.
Sentimen ini, kata Daru Wibisono, analis Monex Investindo Futures, akan memperkuat posisi dollar AS karena pelaku pasar mengalihkan asetnya pada dollar AS.
Nanang Wahyudin, analis SoeGee Futures mengatakan, rilis data ekonomi Jerman yang positif juga mendorong penguatan euro atas yen. Indeks iklim bisnis Jerman naik menjadi 110,6 pada Januari 2014. Angka ini lebih besar dari bulan sebelumnya 109,5. Data itu juga merupakan pencapaian tertinggi sejak Juli 2011.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News