Reporter: Andy Dwijayanto | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
JAKARTA. Di saat pasar saham menyusut, emiten berinisiatif mengintervensi pasar. Setidaknya, dua bank pelat merah, PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) dan PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI), menggelar program pembelian kembali (buyback) saham di pasar.
Kabar teranyar, BBRI telah merampungkan buyback saham sebanyak 221,71 juta saham. Dengan harga buyback rata-rata Rp 10.910 per saham, maka BBRI mengeluarkan dana Rp 2,42 triliun.
Dalam keterbukaan informasi di Bursa Efek Indonesia kemarin (19/1), manajemen BBRI menjelaskan, harga rata-rata buyback lebih rendah dibandingkan rata-rata harga penutupan saham BBRI selama periode buyback, yakni senilai Rp 10.991 per saham.
Sebelumnya, BBNI merealisasikan buyback secara total mencapai 150,54 juta unit saham senilai Rp 750 miliar. BBNI melaksanakan buyback dalam dua periode. Pertama, pada 2-30 November 2015 dengan membeli 101,58 juta unit saham senilai Rp 507,88 miliar.
Di periode tersebut, BBNI membeli kembali sahamnya di harga rata-rata Rp 5.000 per saham. Periode kedua berlangsung 1-28 Desember 2015. BBNI membeli 48,95 juta unit saham senilai Rp 242,10 miliar. Harga rata-rata periode ini Rp 4.946 per saham (KONTAN, 12 Januari 2016).
Lucky Bayu Purnomo, analis LBP Enteprise, menilai, langkah BBRI melakukan buyback berimbas positif. Pasalnya, fundamental BBRI cukup kuat. "Buyback itu bagus. BBRI secara valuasi masih di bawah harga pasar, artinya bisa berpotensi menguat," ungkap dia.
Terkait aksi buyback BBNI, Lucky mengatakan hal itu tidak terlalu berdampak positif. Pasalnya BBNI minim inovasi.
Muhammad Ikhsan Burhannudin, analis NH Korindo Securities, mengungkapkan, BBRI masih merupakan salah satu emiten perbankan yang memiliki NPL lebih rendah dibandingkan emiten bank lainnya.
"Apalagi BBRI fokus pada mikro dan NPL rendah. Jadi pasti menarik," ujar dia.
Ikhsan menilai, salah satu pemicu sejumlah bank melakukan buyback antara lain karena harga sahamnya menyusut. Hal tersebut juga terindikasi oleh besarnya nilai penjualan bersih (net sell) investor asing.
Hingga pekan ketiga Januari 2016, aksi jual para pemodal asing mencapai lebih dari Rp 3 triliun. "Apalagi yang dijual juga termasuk saham-saham di sektor perbankan. Jadi hal ini mendorong emiten perbankan melakukan buyback sahamnya," ungkap Ikhsan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News