Reporter: Maggie Quesada Sukiwan | Editor: Yudho Winarto
JAKARTA. Mata uang Garuda unjuk gigi di hadapan dollar Amerika Serikat (AS). Amunisi bersumber dari sentimen global dan domestik.
Di pasar spot pada Senin (1/2), rupiah menguat 1,06% dibandingkan hari sebelumnya ke level Rp 13.631,5 per dollar AS.
Rully Arya Wisnubroto, Analis Pasar Uang PT Bank Mandiri Tbk menjelaskan, penguatan rupiah didominasi oleh faktor eksternal. Di antaranya, rilis data Produk Domestik Bruto Negeri Paman Sam (Advance GDP per kuartal IV 2015) akhir pekan lalu yang hanya tumbuh 0,7% (qoq), lebih rendah dibandingkan konsensus analis yang dipatok 0,8%.
Lalu ada publikasi hasil pertemuan FOMC Meeting yang menunjukkan Bank Sentral AS (The Fed) akan mengamati gejolak global pada Januari 2016. Rully memaparkan, pasar merespons bahwa The Fed akan berhati-hati dalam menormalisasi kebijakan moneter tahun ini.
Apalagi akhir pekan lalu Bank Sentral Jepang juga mengejutkan dunia dengan memangkas suku bunga acuan pada level negatif, yakni minus 0,1%. Hal ini meningkatkan daya tarik negara-negara berkembang, termasuk Indonesia yang masih memiliki potensi pertumbuhan.
Dari internal, lanjut Rully, kinerja rupiah disokong oleh pengumuman Badan Pusat Statistik (BPS) bahwa laju inflasi Januari 2016 mencapai 0,51%.
"Terjaganya inflasi mengindikasikan bahwa masih ada ruang bagi penurunan suku bunga Bank Indonesia (BI) guna mendorong pertumbuhan ekonomi," jelasnya. Saat ini, suku bunga BI mencapai 7,25%.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
