kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45913,72   -9,77   -1.06%
  • EMAS1.319.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Arus keluar dana asing masih besar


Kamis, 08 Desember 2016 / 11:04 WIB
Arus keluar dana asing masih besar


Reporter: Dityasa H Forddanta | Editor: Yudho Winarto

JAKARTA. Pemodal asing masih menjauhi pasar domestik. Tiga bulan terakhir sejak September tahun ini, asing mencatatkan penjualan bersih (net sell) senilai Rp 20,14 triliun di Bursa Efek Indonesia.

Asing juga cabut dari pasar obligasi domestik. Per 6 Desember 2016, kepemilikan asing di surat berharga negara mencapai Rp 660,75 triliun. Jumlah ini menyusut Rp 24,23 triliun dibandingkan posisi tertinggi kepemilikan asing per akhir September yang mencapai Rp 684,98 triliun.

Penyebabnya, belakangan prospek dollar AS kian apik. "Asing memprediksi dollar AS menguat sehingga mereka menjual aset di Indonesia," ujar Head of Research Daewoo Securities Taye Shim, kemarin.

Ekspektasi penguatan dollar AS lagi-lagi dipicu Trump effect. Presiden terpilih AS ini punya tagline "Make America Great Again". Artinya, stimulus bagi aktivitas korporasi akan digenjot. Kebijakan Trump cenderung protektif terhadap pasar global dan mengganti kebijakan ekonomi moneter jadi kebijakan fiskal.

Hal ini memunculkan ekspektasi perbaikan ekonomi AS. Itu pula alasan penguatan dollar AS sejak Trump terpilih menjadi presiden.

Analis Valbury Asia Securities Nico Omer menambahkan, asing lebih memilih masuk aset safe haven ketimbang aset yang lebih berisiko seperti di pasar modal negara berkembang. Di sisi lain, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sudah naik kencang beberapa bulan terakhir. "Jadi, valuasi indeks juga sudah mahal," imbuh Nico.

Menurut data Bloomberg, price earning ratio (PER) IHSG memang lebih tinggi daripada indeks bursa lain di kawasan regional. PER IHSG tercatat 24 kali. Bandingkan dengan indeks bursa Thailand (SET) yang masih 18 kali. Indeks Shanghai juga di 18 kali.

Kondisi terburuk bisa saja terjadi. Nico menyatakan, net sell seperti ini juga terjadi tahun lalu sebelum IHSG kembali masuk zona 4.000. Namun net sell asing saat ini jauh lebih besar. "Kemungkinan IHSG menyentuh 4.000 dulu sebelum menuju level 6.000 pada 2018," prediksi Nico.

Dia memperkirakan, kondisi ini terjadi hingga kuartal pertama tahun depan. Setelah itu, asing bisa kembali masuk emerging market.

Taye menambahkan, inti kebijakan Trump sejatinya banyak memberi stimulus sehingga ekonomi menggeliat. Masalahnya, kebijakan Trump menggunakan pendekatan fiskal, bukan lagi moneter. Ini diambil saat AS sudah dalam kondisi full employment. "Ini sama saja menyiram bensin ke dalam api yang menyala," kata Taye.

Kebijakan fiskal yang diambil saat seluruh sumber daya telah digunakan atau full employment akhirnya membuat inflasi tinggi. "Efeknya, The Fed akan menaikkan bunga acuan lebih cepat dari perkiraan," imbuh Taye.

Kondisi makro global pun akan terpengaruh, termasuk Indonesia. Taye merevisi pertumbuhan ekonomi 2016 dan 2017 masing-masing menjadi 5% dan 5,1% dari sebelumnya 5,2% dan 5,4%.

Tapi, dia melihat, kondisi ini bukan berarti kiamat bagi IHSG. Jika merunut ke belakang, laju IHSG justru berlawanan dengan kondisi ekonomi, khususnya yang sedang berkontraksi.               

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×