kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45923,49   -7,86   -0.84%
  • EMAS1.319.000 -0,08%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Prospek cerah di ETF Indonesia Consumer


Senin, 23 November 2015 / 22:35 WIB
Prospek cerah di ETF Indonesia Consumer


Reporter: Wahyu Satriani | Editor: Adi Wikanto

JAKARTA. Sektor konsumer menjadi andalan manajer investasi sebagai aset dasar reksadana.

PT Indopremier Investment Management (IPIM), salah satunya yang mengemas saham-saham sektor konsumer dalam rekadana premire exchange traded fund (ETF) Indonesia Consumer.

"Tujuan produk ini untuk memberikan hasil investasi yang optimal dengan konsetrasi investasi sebagian besar pada saham berbasis konsumer," ujar Direktur IPIM Ernawan R Salimsyah, Jakarta, Senin (23/11).

Menilik fund factsheet, produk ini mengalokasikan 92,02% di saham dan sisanya 7,98% di kas.

Mayoritas alokasi aset diputar pada sektor industri barang konsumsi sekitar 33,92%, keuangan 31,21%, infrastruktur 8,34% dan properti 6,3%.

Lalu, sektor aneka industri 5,95%, industri dasar 4,03% serta sektor perdagangan 2,28%.

Adapun lima efek terbesar antara lain saham PT Bank Central Asia (BBCA), PT Bank Rakyat Indonesia (BBRI), dan PT Unilever Indonesia (UNVR). Juga, saham PT Kalbe Farma (KLBF) serta saham PT Bank Mandiri (BMRI).

Infovesta Utama mencatat produk ini berkinerja minus 8% dalam satu tahun terakhir per 20 November 2015.

Kinerja tersebut mengungguli indeks harga saham gabungan (IHSG) yang minus 11,16% pada periode yang sama.

Sedangkan dalam satu bulan terakhir, ETF dengan ticker XIIC ini berkinerja minus 0,36% atau mengalahkan IHSG yang minus 2,40%

Ernawan mengatakan kinerja sepanjang Oktober dipengaruhi oleh naiknya pasar saham, dimana IHSG naik 5,48% secara month on month (mom).

"Saham-saham berkapitalisasi besar,terutama di sektor perbankan, properti dan barang konsumsi menjadi penggerak pasar di bulan Oktober," ujar Ernawan.

Dia optimistis kinerja produk ini akan ditopang oleh membaiknya data makroekonomi di kuartal IV tahun ini serta pasar saham yang akan melanjutkan kenaikan.

"Untuk itu,XIIC akan lebih mengkonsentrasikan bobot saham di sektor barang konsumsi agar kinerjanya lebih baik dari tolok ukur," kata dia.

Ernawan memperkirakan return produk ini bisa berkisar 10% hingga akhir tahun ini.

Produk ini merupakan ETF yang dikelola secara aktif oleh manajer investasi.

Artinya, pemilihan efek yang menjadi aset dasar dilakukan oleh manajer investasi.

Sehingga, kinerja ETF bergantung oleh pengelolaan manajer investasi.

Hal tersebut berbeda dengan ETF pasif yang pemilihan efek mengacu pada suatu indeks tertentu.

ETF ini dicatatkan April 2013 lalu.

Investor bisa bertransaksi di pasar primer melalui diler partisipan, yakni PT Indo Premier Securities.

Di sini, investor bisa membeli minimum satu unit kreasi atau basket yang setara dengan 100.000 unit penyertaan.

ETF juga ditransaksikan di pasar sekunder melalui sekuritas atau broker dengan minimal pembelian satu lot yang setara dengan 100 unit penyertaan.

Investor akan dikenakan biaya manajer investasi maksimum 2,5% per annum, biaya bank kustodian maksimum 0,20% per annum.

Untuk subscription dan redemption fee dikenakan sesuai biaya komisi broker.

Analis Infovesta Utama Praska Putrantyo memprediksi prospek industri ETF masih positif hingga tahun depan.

Kinerja produk ini akan ditopang oleh pemulihan kinerja saham.

"Disamping itu, ETF bisa menjadi alternatif bagi investor yang menginginkan kinerja investasi tidak jauh berbeda dibandingkan indeks acuannya, terutama di saham," ujar Praska.

Dia memaparkan produk ini masih menarik.

Hal tersebut terlihat dari jumlah produk yang terus bertambah.

Hingga kini, total ada sembilan produk dengan dana kelolaan per Oktober 2015 mencapai Rp3,917 triliun.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×