kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45913,59   -9,90   -1.07%
  • EMAS1.319.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Menjajal potensi saham underperform


Jumat, 15 September 2017 / 07:50 WIB
Menjajal potensi saham underperform


Reporter: Dityasa H Forddanta, Nisa Dwiresya Putri | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - Tak sedikit saham Indeks LQ45 yang kinerjanya lebih rendah (underperform) dibanding Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). Bukan berarti saham itu tak menarik. Investor bisa melirik sejumlah saham yang underperform.

Salah satunya saham Adhi Karya (ADHI). Sejak awal tahun hingga kemarin alias year to date (ytd), ADHI sudah menyusut 3,37%. Di periode yang sama, IHSG naik 10,48% dan indeks LQ45 menanjak 10%.

Justru kondisi ini yang membuat valuasi ADHI murah. Price to earning ratio (PER) dan price to book value (PBV) ADHI masing-masing 13,9 kali dan 1,2 kali, di bawah rata-rata PER dan PBV sektor konstruksi yang masing-masing 14,6 kali dan 1,5 kali.

Fundamentalnya pun mendukung. "Rencana ADHI membentuk entitas baru di sektor properti akan mendukung performa bisnis ke depan," ujar analis BNI Sekuritas, Maxi Liesyaputra dalam riset 13 September.

Dengan entitas baru itu, ADHI akan mengembangkan hunian murah berorientasi area transit atau transit oriented development (TOD). Wilayah Jakarta, Bogor, Depok dan Bekasi, menjadi sasarannya. Konsep itu membuat ADHI fokus mengembangkan properti. "Potensinya besar karena permintaan tinggi, seiring adanya LRT dan model transportasi lain," kata Maxi.

Sama halnya dengan saham PP London Sumatra Indonesia (LSIP). Bahkan, LSIP telah menjadi laggard LQ45 mengingat penurunannya sejak awal tahun ini sudah mencapai 21%.

Analis Bahana Sekuritas Andrew F. Hotama bilang, setidaknya masih ada satu sentimen lagi yang mampu memoles tren harga CPO. "Festival Diwali di India Oktober nanti bisa mendongkrak permintaan CPO," ujar dia.

Tapi secara valuasi LSIP tidak terlalu murah. PER LSIP di level 11,5 kali. PER saham Astra Agro Lestari (AALI) sebesar 10,9 kali, PER Tunas Baru Lampung (TBLA) malah lebih murah lagi, 7,2 kali. Namun dibandingkan Eagle High Plantations (BWPT) yang juga menjadi favorit Andrew, LSIP jauh lebih murah. PER BWPT mencapai 94,7 kali.

Saham big cap

Sebelumnya, analis Ciptadana Sekuritas Arief Budiman sempat memasukkan saham Astra International (ASII) ke salah satu saham unggulannya hingga akhir tahun ini. Alasannya sama, ASII sudah underperform terhadap IHSG hingga 16% (ytd). ASII juga diprediksi akan mencatat kinerja lebih baik seiring performa anak usahanya dan margin yang membaik dari otomotif.

Saham HM Sampoerna (HMSP) juga menjadi salah satu saham yang underperform. Pada saat yang sama, saham ini kembali menarik untuk dikoleksi.

Adrian Joezer, analis Mandiri Sekuritas, menjelaskan, HMSP secara fundamental dihampiri sejumlah katalis positif. Salah satunya, market share A Mild yang mulai kembali stabil. Posisi ini membuat HMSP cukup nyaman dalam kompetisi. Produk Marlboro Filter Black juga cukup menopang kinerja HMSP.

Kemudian, yang mungkin paling signfikan adalah sentimen pengenaan tarif cukai yang tidak terlalu tinggi untuk tahun depan. "Sehingga, kami melihat penurunan harga saham HMSP sudah sangat terbatas," imbuh Adrian.

Meski demikian, kehati-hatian tetap dibutuhkan. Bukan berarti masih menariknya saham tersebut jadi menghidupkan aksi bottom fishing.

Head of Research Mirae Asset Sekuritas Indonesia Taye Shim bilang, situasi sekarang seperti puzzle. Sehingga, manajemen risiko akan lebih relevan ketimbang bottom fishing. "Sebaiknya, investor lebih konservatif," ujar dia pada KONTAN, Kamis (14/9).

Karena itulah saat ini Taye lebih menyukai saham dari sektor yang lebih stabil. Salah satunya perbankan. Menurut dia, kondisi makro saat ini akan membuat pemerintah kembali melakukan pelonggaran, yang bisa mengurangi beban perbankan.

Sektor telekomunikasi juga menarik. Sektor ini punya bargaining position yang kuat dan peluang pertumbuhan organik yang cukup. Taye pun nyaman dengan sektor properti dan industri dasar, terutama petrokimia. Sektor konsumer juga tak kalah menarik. "Namun terbatas pada perusahaan konsumer yang punya kemampuan untuk berekspansi merambah bisnis online," ungkap dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×