Reporter: Maggie Quesada Sukiwan | Editor: Sanny Cicilia
Akhir tahun 2015, harga tembaga bergantung pada The Fed
JAKARTA. Harga tembaga menguat sejak awal pekan. Hingga akhir tahun 2015, analis menilai harga tembaga masih rawan koreksi. Sebab, ada ancaman spekulasi kenaikan suku bunga acuan oleh Bank Sentral Amerika Sertikat (AS) alias The Fed di sisa tahun 2015.
Mengacu Bloomberg pada Rabu (7/10) pukul 14.36 waktu Hong Kong, harga tembaga kontrak pengiriman tiga bulan di London Metal Exchange (LME) terangkat 1% ke level US$ 5.234 per metrik ton. Kenaikan harga tembaga sudah berlangsung selama tiga hari. Sepekan, harga membumbung 1,43%.
Ibrahim, Pengamat Komoditas menerawang, harga tembaga masih rentan terkoreksi pada pengujung tahun 2015. Sebab, penurunan produksi tembaga yang dilakukan perusahaan-perusahaan tambang di dunia merupakan imbas dari harga tembaga yang murah.
Walhasil, biaya produksi yang melambung berimbas pada keuangan perusahaan. Sepanjang tahun 2015, terdapat pembatalan proyek dan pemangkasan produksi tembaga sebanyak 780.000 ton.
Apalagi Dana Moneter Internasional alias International Monetary Fund (IMF) juga memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi China dari semula 7% menjadi 6,8% di tahun 2015. Hal ini mengindikasikan permintaan tembaga berpotensi tergerus.
“Spekulasi kenaikan suku bunga acuan oleh The Fed juga masih ada walaupun banyak pengamat yang mengatakan mereka tidak akan merealisasikan rencana setelah intervensi dari IMF,” paparnya.
Jika The Fed mengerek suku bunganya tahun ini, Ibrahim menilai harga tembaga akan berkisar US$ 4.200 per metrik ton. Sebaliknya, jika Negeri Paman Sam menahan suku bunga acuannya, harga tembaga berpeluang terangkat hingga level US$ 5.500 per metrik ton.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
